Mohon tunggu...
SMA Islam Sabilillah Malang
SMA Islam Sabilillah Malang Mohon Tunggu... Admin

Sekolah Pemimpin Peradaban Dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Digitalisasi Bikin Koran Makin Seksi

25 Februari 2025   14:30 Diperbarui: 25 Februari 2025   14:29 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Diah Budiarti, M.Pd. (Guru SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School)

"Di dunia tipu-tipu, Kamu tempat aku bertumpu, Baik, jahat, abu-abu..." sepenggal lirik lagu yang dipopulerkan oleh Yura Yunita tersebut menjadi refleksi kehidupan era kini khususnya dalam konteks persebaran informasi. Sungguh, betapa kita sadari penuh bahwa segala informasi di masa kini mudah sekali menyebar sangat masif di jagat maya dan realita.

Antara berita kredibel dan hoaks teraduk menjadi satu begitu saja. Kita menjadi kesulitan untuk membedakan mana yang benar dan palsu. Bahkan yang hoaks lebih mendominasi sehingga tak sedikit masyarakat masa kini yang terjerembab di dunia tipu-tipu. Itulah mengapa literasi perlu disaring selalu.

Muasal hoaks dari negara Inggris di abad 18 yang didasarkan pada kata "hocus" dalam "hocus pocus." Menurut Robert, hoaks adalah kabar bohong yang dibuat untuk melucu. Selain itu, hoaks juga sengaja dibuat. Hoaks bertujuan untuk membuat bingung penerima informasi dengan maksud menghibur berupa candaan. Seiring berjalannya waktu kata hoaks semakin dikenal dan berkembang, dari sebuah lelucon atau candaan menjadi candaan yang agak serius.

Hoaks di negara ini sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum ada internet. Orang zaman dahulu mengenal istilah surat kaleng. Beberapa orang mengatakan bahwa surat kaleng adalah surat yang diterima tanpa diketahui pengirimnya. Surat kaleng berisi hal-hal penting yang hendak disampaikan. Surat kaleng yang dimaksud digunakan untuk menyebar berita bohong. Hoakssemakin menemukan tempat untuk tinggal, seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi.

Tidak adanya keterbatasan dalam penyebaran informasi menjadi pemicu utama dalam penyebaran berita hoaks. Tak heran jika banyak sekali konten menyesatkan, konten tiruan, konten palsu, konten manipulatif dan sejenisnya.

Keberadaan hoaks yang mewarnai semesta informasi tak mampu mengelabui seksinya kredibilitas surat kabar. Persuratkabaran berperan penting dalam menyebarkan informasi yang lebih akurat sejak masa penjajahan. Bahkan, surat kabar sering dijadikan sebagai propaganda untuk meraih dukungan masyarakat pada zaman dahulu.

Perlahan, surat kabar berkembang mendigitalisasi. Namun, eksistensi surat kabar dengan bentuk cetak masih tetap digandrungi oleh khalayak. Hal tersebut bisa saja karena tingkat kenyamanan. Beberapa orang lebih nyaman membaca bentuk cetak dibandingkan elektronik. Meskipun demikian, tak bisa dipungkiri bila koran yang telah mendigitalisasi saat ini lebih praktis karena bisa diakses dengan mudah via smartphone.

Koran yang kian seksi dengan wujudnya yang digital sangat-sangat rekomendasi untuk jadi opsi utama sebagai salah satu sarana yang dapat dikonsumsi karena terbukti valid kebenaran beritanya. Namun, masih ada saja beberapa masyarakat yang masih mudah tertipu muslihat berita hoaks yang menjadi toksik.

Bisa jadi, berita-berita bohong tersebut justru membahayakan kehidupan. Ibaratnya, berita hoaks adalah makanan yang tak kaya gizi. Ketika kita konsumsi, otomatis akan berdampak buruk bagi tubuh seperti menimbulkan penyakit mulai yang ringan, sedang, hingga serius.

Urusan berita hoaks ini lebih ke arah bagaimana kita bisa memilih braincare dan heartcare yang tepat untuk diri kita. Kurangnya keterampilan literasi digital menjadi salah satu pemicu yang paling sering dijumpai tanpa kita sadari. Untuk itu, perlu sekali kita tingkatkan keterampilan literasi digital di era kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun