Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sabar, Penunda Marah

26 April 2022   14:57 Diperbarui: 26 April 2022   15:05 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pemerintah sudah "wait and see" terkait aturan 20 % untuk tidak diekspor, tapi lha kok perusahaan sawit pada ngeyel hingga kebutuhan dalam negeri tidak tercukupi. Akhirnya muncul larangan ekspor full 100 % sampai waktu yang belum ditentukan.

Sudah sabar tapi kok ndak dihargai ya sekalian saja ndak usah diekspor sampai waktu yang belum ditentukan, mirip seperti kasus batu bara.

Jangan melakukan banyak tindakan mengecewakan, meremehkan, atau merendahkan kepada siapapun khususnya: membuat marah si penyabar, membuat sedih si periang, & membuat kecewa orang yg Setia.

Penyabar hanya berusaha menahan amarah dan berusaha "calm" karena banyak pertimbangan. Tujuannya tentu agar bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah. Penyabar lelah jika harus berdebat dg org yg tdk pernah sadar bahwa dirinya salah. Setidaknya dg diam, tdk menambah masalah baru. Merasa tak ada gunanya kalau marah2, buang2 tenaga.

Penyabar menjaga lisannya agar tidak mengeluarkan kalimat atau kata yang tidak pantas. Dia tidak ingin membuat suasana menjadi lebih keruh. Dan terakhir, dia takut menyesal setelahnya. Jadi dia memilih untuk diam, dan menyelesaikan permasalahan setelah suasana membaik.

Satu dua kali, tidak menunjukkan kemarahan karena ditahan. Jadi bukan benar-benar sabar tapi berusaha untuk tetap sabar.

 

"Laysas syadiid bis shura'ati, innamas syadiidul ladzii yamliku nafsahu 'indal ghadab."

Artinya: "Rasulullah bersabda: 'Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.' - Muttafaq 'Alaih: Hadits Shahih Al-Bukhari nomor 6114 dan Muslim nomor 2609."

Penyabar mungkin jengah, terus menerus mewajarkan sifat nyebelin orang. Jadi pas udah sampai limit, mereka lepas langsung. Seperti pecah wadahnya, seperti halnya balon, jika kita mengisinya dengan udara sampai sebesar apapun ukurannya tapi kalau masih dalam kekuatan elastis balon tersebut tidak akan pecah/meletus. Tapi kalu sudah melewati dan elastisitas bahan balon tidak mampu menahan udara/angin yang masuk pastilah meletus, dan itu berdampak bagi sekitar. Seorang penyabar adalah orang yang mampu mengendalikan emosi/marahnya selama wadahnya tidak pecah meskipun yang diserang bagian inti sekalipun.

Kenapa penyabar lebih cenderung diam ketika marah? Penjelasannya seperti ini, Otak dan Hati penyabar cenderung akan melindungi dirinya dari apapun itu yang bisa membahayakan dirinya sendiri. contoh, misalkan dia mengalami kecelakaan motor yang menimbulkan trauma dan cidera serius pada bagian tubuh, Ketika luka itu sudah sembuh, tetapi karena otak dan hati menganggap motor sebagai sesuatu yang berbahaya untuk dirinya, biasanya dia akan takut dan tidak mau untuk naik motor lagi karena trauma tersebut. Dan untuk mencegah kemungkinan dia akan menyakiti diri lagi, ketika dia ingin mencoba naik motor lagi, hati dan otak dia akan ada di dalam mode defensif yang memberikan dia sinyal tanda bahaya dengan cara mengirimkan rasa takut ke dirinya. Diamnya adalah bentuk defensif terhadap faktor penyebab marah. 

Sumber : Quora

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun