Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sumber Tulisan Itu Ada di Sekitar Kita

23 September 2013   13:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:30 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_268261" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber: www.fanpop.com"][/caption] Menjadi penulis itu gampang-gampang susah, itu menurut saya lho. Kalau menurut Arswendo lain lagi, katanya "Mengarang itu Gampang". Gampang, kalau kita sudah menemukan ide yang akan kita pakai untuk mengembangkan tulisan. Susah, ketika kita akan mulai menyusun kata demi kata hingga menjadi rangkaian kalimat yang menarik dan enak dibaca. Bagian terakhir itulah yang seringkali menghambat orang untuk menulis. Baru satu paragraf sudah mandek, mau diterusin ke paragraf kedua kok rasanya makin sulit dan buntu. Namun itu hanya sindrom orang-orang yang pertama kali menulis. Kalau sudah terbiasa menulis, orang tak akan sulit lagi merangkai kata menjadi kalimat yang enak dibaca. Permasalahannya cuma satu, pencarian ide tulisannya itu yang rada-rada sulit. Banyak penulis terkenal yang mengeluhkan hal itu, tapi kalau sudah ketemu ide, semuanya akan mengalir lancar. Dari beberapa pengalaman menulis yang pernah saya lakukan, kesulitan yang seringkali saya alami adalah kesulitan mencari ide. Bahkan terkadang lebih parah dari itu, bisa saja tiba-tiba ide itu hilang atau saya tak ketemu ide sama sekali. Efeknya pun lumayan besar, gara-gara saya gak ada ide atau istilah kerennya "I have no idea", saya jadi malas nulis. Padahal, sumber tulisan itu sebenarnya banyak terdapat di sekitar kita. Sekitar kita itu merupakan sumber hidup yang bisa kita catat menjadi sebuah rangkaian cerita, kisah, maupun artikel menarik. Sekitar kita itu merupakan sumber perpustakaan yang dinamis. Sayangnya, tak banyak orang yang bisa memanfaatkan hal tersebut. Dalam hati pasti Anda bertanya, "Kok bisa ya?". Jawabnya, "Ya bisalah!". Kalau Anda tak percaya, ini buktinya .... Kalau Anda teman setia harian Kompas Minggu, pasti Anda pernah membaca tulisan Samuel Mulia, si pemerhati mode dan gaya hidup itu. Bila dicermati, tulisan Samuel semuanya bercerita tentang pengalaman kesehariannya, baik bersama teman maupun keluarganya. Tema yang diangkat Samuel pun berbeda-beda tiap minggunya. Kadang pengalaman tentang temannya, tentang supir taksi, tentang kelakuan anak kecil, dan ulah para sosialita yang bertabur bintang dan uang. Sumber ide atau inspirasi tulisan Samuel hanya tentang dunia kesehariannya, dunia yang memang dia kuasai tanpa harus muluk-muluk mengisahkan dunia lain yang tak diakrabinya. Meski mungkin, bagi sebagian orang menganggapnya tak penting-penting amat, tapi bagi yang lain bisa dijadikan pembelajaran, atau setidaknya bisa menertawakan diri sendiri-lah. Menurut saya, menceritakan pengalaman pribadi itu lebih mudah ketimbang harus mencari ide sampai kening berkerut. [caption id="attachment_268166" align="alignright" width="200" caption="Trinity (sumber: https://www.facebook.com/TrinityTraveler)"]

13799165291667376989
13799165291667376989
[/caption] Begitu pula dengan Trinity, penulis buku seri "The Naked Traveler" ini sudah menerbitkan 4 seri bukunya tersebut. Semua ide tulisannya itu berasal dari pengalamannya sendiri ketika menjelajahi negeri orang. Sudah banyak negara yang dia kunjungi, ada sekitar 40 negara, mungkin juga lebih. Uniknya, dia tak perlu mengeluarkan dana yang mahal untuk berkunjung ke suatu negara. Perjalanan ala backpacker yang dia lakoni selama bertahun-tahun bisa menghemat isi kantongnya yang memang terbatas. Jangan bayangkan sosok Trinity itu seseorang yang tangguh, punya kekuatan layaknya superhero, dia cuma perempuan biasa yang sedikit overweight, tapi keberaniannya melanglang buana bisa diacungi jempol. Hasilnya, dia menjadi sumber inspirasi bagi para traveler lainnya. Pertama membeli bukunya, saya langsung jatuh hati, dan itu terus berlanjut sampai seri berikutnya. Banyak yang unik dari hasil pengalamannya tersebut selama di negeri orang. Dan itu menjadi pengetahuan yang tak ternilai buat saya. Gara-gara buku itu, saya jadi tahu tentang kebiasaan masyarakat di suatu negara yang aneh-aneh dan tak ditemukan di tempat lain. Kisah-kisah yang lucu dan menggemaskan pun ada, dan buat saya senyum-senyum dan tertawa sendiri. Cerita tentang tempat-tempat unik yang langka pun ada. Kalau penasaran, cari saja bukunya di toko buku, masih banyak kok. Tulisan-tulisan Trinity mampu menginspirasi saya, dan Trinity mengungkapkannya dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan berkesan seperti bercerita di depan kita. Pemakaian bahasa yang sulit, penggunaan istilah-istilah yang aneh, apalagi menggunakan bahasa ala Vicky biar kelihatan intelek memang sangat tak dianjurkan dalam membuat suatu tulisan. [caption id="attachment_268164" align="alignright" width="217" caption="Miss Jinjing (sumber: http://missjinjing.blogspot.com/)"]
13799163592125005377
13799163592125005377
[/caption] Lain pula dengan Amelia Masniari atau yang dikenal dengan nama "Miss Jinjing", kegilaannya belanja barang-barang mewah sampai ke luar negeri membuatnya menjadi seorang personal buyer saat ini. Dia itu dulunya seorang yang shopaholic, kartu kreditnya bisa tembus sampai ratusan juta untuk membayar kegilaan belanjanya tersebut. Namun hikmah di balik itu semua, dia bisa menghasilkan beberapa buku berdasarkan kisah pengalamannya sendiri. Dia menceritakan kisahnya dengan jujur, apa adanya, dan ringan dalam sebuah blog pribadinya yang diberi nama "Miss Jinjing". Saya pun bisa tertawa ketika membaca kisah-kisahnya. Buku pertamanya berjudul "Miss Jinjing, Belanja Sampai Mati", dan tanpa diduga voilà! best seller. Banyak sebenarnya penulis-penulis lain yang menulis berdasarkan kisahnya sendiri, pengalaman sendiri atau orang lain. Bahkan tak jarang yang menulis berdasarkan apa yang dia lihat seketika. Yang penting, jangan pernah berpikir akan menjadi seorang J.K. Rowling yang mampu membuat novel fantastis ketika akan memulai sebuah tulisan. Malah itu akan membebani perasaan, pikiran, dan membuat ketakutan sendiri. Seorang calon penulis biasanya akan selalu beranggapan kalau hasilnya akan jelek dan dicemooh orang. Padahal sebenarnya tidak, ikuti saja kata hati, biarkan semuanya mengalir apa adanya, tulis saja apa yang ada dalam benak, gangguan bahasa jangan terlalu dihirau, karena itu akan diperbaiki kemudian setelah tulisan usai dan kita membacanya kembali. Meski saya bukan seorang penulis beken, belum diakui sebagai seorang penulis yang piawai, masih amatiran, bisanya cuma menulis di blog pribadi, dan sebagainya tapi saya sudah cukup puas dengan semua itu. Menulis bagi saya adalah sebuah healing, menyembuhkan perasaan yang kalut dan sakit, dan sebagai pelampiasan emosi ketika tidak senang terhadap sesuatu. Kata ahli jiwa, tak baik memendam perasaan, lebih baik dikeluarkan, meski hanya lewat tulisan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun