Mohon tunggu...
Abdi Husairi Nasution
Abdi Husairi Nasution Mohon Tunggu... Editor - Penulis lepas, filatelis, numismatis, serta penggiat lari dan sepeda.

Menulis membuat saya terus belajar tentang segala hal dan melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Burlesque: Konser Christina Aguilera di Layar Lebar

22 Januari 2011   12:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12956981701117526973

Nonton Burlesque tak ubahnya seperti nonton konser Christina Aguilera di atas panggung. Kesan ini yang saya rasakan setelah menyaksikan film Burlesque beberapa saat yang lalu. Olah vokal Christina dalam film tersebut memang demikian total seolah dia berada dalam sebuah panggung konser, dan layak diacungi jempol. Namun film musikal yang dibintangi oleh dua penyanyi berbeda generasi ini, Cher dan Christina Aguilera, tak memiliki kekuatan cerita yang bisa diacungi jempol. Kisahnya  datar dan bersahaja, tentang seorang pelayan restoran yang bernama Ali Rose (diperankan Christina Aguilera) yang berambisi menjadi seorang penyanyi. Demi mewujudkan ambisinya itu, Ali rela meninggalkan kampung halamannya, Iowa, dan mengadu nasib di belantara Los Angeles (LA). Perjuangannya memang tak mudah. Ali mati-matian cari peluang sebagai penyanyi di berbagai panggung dan klub di kota impiannya tersebut. Di suatu malam, tanpa sengaja, Ali melihat klub yang bernama Burlesque. Daya tarik  Burlesque demikian kuatnya hingga mendorong Ali untuk mengadu peruntungan di klub tersebut. Saat bertemu Tess (diperankan Cher) pemilik klub Burlesque itu Ali langsung ditolak. Ali dianggap tak punya potensi apa-apa. Ali tak menyerah begitu saja, berkat bantuan seorang bartender bernama Jack, Ali pun bisa bekerja di Barlesque sebagai seorang pelayan. Tak lama jadi pelayan, Ali mendapat kesempatan audisi buat tampil di panggung Burlesque. Gara-garanya, salah seorang penari Tess mengundurkan diri dan harus dicari penggantinya. Ali nekad tampil audisi tanpa seizin Tess. Usai audisi, Tess tetap meragukan kemampuan Ali. Ali berjuang untuk meyakinkan Tess. Akhirnya, Tess pun memberi kesempatan pada Ali. Dimulailah sepak terjang Ali di panggung Burlesque sebagai penari. Alur cerita selanjutnya bisa saya tebak sendiri, Ali menjadi idola penonton. Dan ini bukan tanpa sebab, tatkala penampilan Ali disabotase oleh kecemburuan temannya sendiri, Nikki, Ali mengeluarkan jurus andalannya: menyanyi. Ali menyanyi di hadapan penonton dengan suara yang mengagumkan. Tess sendiri hampir tak percaya dengan kemampuan suara Ali tersebut. Apalagi selama ini kabaret yang ditampilkan di panggung Burlesque dilakukan secara lipsync oleh penyanyi-penyanyinya. Penampilan Ali secara live di hadapan puluhan penonton itu membuat riuh Burlesque. Semua orang berdecak kagum dan memberi applause. Tindakan Ali yang di luar dugaan itu membuat klub Burlesque makin terkenal. Kisah Burlesque juga dibumbui oleh unsur konflik, unsur dramatis, dan unsur percintaan. Namun ketiga unsur tersebut tak membuat kisah Burlesque menjadi kuat dan menyentuh. Kesan yang ditampilkan begitu biasa dan umum dilakukan dalam film-film percintaan dan film musikal anak muda semacam "Step Up 3" (2010) dan "Break Dance" (sekitar tahun 80-an). Untuk menambah unsur dramatisnya dikisahkan Burlesque akan disita oleh bank karena terlilit hutang. Di pihak lain, seorang pengusaha kaya, Marcus menawarkan diri untuk membantu keuangan Tess dengan cara membeli Burlesque. Nantinya Marcus akan membangun pusat bisnis di lahan klub Burlesque.  Penawaran tersebut tentu saja ditolak Tess, karena Burlesque merupakan bagian dari dirinya dan tak mau dia lepaskan. Tess pun harus berjuang untuk menyelamatkan Burlesque dari sitaan bank dan Marcus. Namun berkat idenya si Ali, Burlesque lepas dari ancaman penyitaan dan Marcus.  Lagi-lagi si Ali menjadi pahlawannya Tess. Film Burlesque tak bisa disandingkan dengan  "Moulin Rouge" (2001) dan "Chicago" (2002), maupun "Nine" (2009). Moulin Rouge mendapat nominasi film terbaik Oscar tahun 2002,  Chicago menjadi film terbaik Oscar tahun 2003, sedangkan Nine menjadi film terbaik di Golden Globe tahun 2010 untuk kategori Musical or Comedy. Ironisnya, dalam sebuah review di majalah Time, Burlesque lebih cocok disandingkan dengan Showgirls, Glitter - nya Mariah Carey, atau  Crossroads - nyaBritney Spears. Ini sungguh menyedihkan, karena ketiga film yang disebut terakhir tersebut oleh para kritikus dianggap film gagal. Lepas dari kelemahan itu semua, Burlesque tetap menjadi tontonan menghibur. Aksi kabaret di panggung Burlesque lumayan enak dilihat, terutama gerakan-gerakan erotis Christina Aguilera di atas panggung Burlesque, pasti buat para lelaki menahan ludah sejenak. Biar tak kalah dengan juniornya, Cher juga turut menyumbangkan lagu kesedihan di atas panggung Burlesque. Namun kabar bahagianya, Burlesque masih berhasil mendapatkan nominasi film terbaik untuk kategori Musical or Comedy di ajang Golden Globe 2011, meski akhirnya gagal. Bravo! Sumber gambar: screencrave.com


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun