Mohon tunggu...
ABDIMASNESIA
ABDIMASNESIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Media Publikasi Pengabdian Masyarakat dan Opini Sosial Humaniora

Media Publikasi akademisi untuk pengabdian masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money

Tingkatkan Peluang Bisnis Ekonomi Kreatif Berbasis Ramah Lingkungan

21 Mei 2022   04:42 Diperbarui: 3 Juni 2022   10:13 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Dosen UPNVJT memberikan pelatihan membuat sabun minyak jelantah pada pengrajin kerupuk 

Surabaya- Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap penurunan perekonomian nasional maupun global. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar Indonesia terhindar dari resesi ekonomi. Pandemi Covid-19 telah memicu resesi ekonomi dan mengakibatkan kerusakan besar pada sektor kesehatan, pekerjaan dan kesejahteraan manusia. Seluruh negara harus bertindak cepat untuk menghadapi dampak pandemi dan menghindari terjadinya krisis yang lebih parah. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia memberi dampak pada perekonomian global, perekonomian nasional, hingga meningkatkan angka kemiskinan. Hampir seluruh sektor perekonomian merasakan dampak nya terhadap pandemi ini. 

Pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 perlu mempertimbangkan aspek berkelanjutan. Hal ini bertujuan 2 dapat mengurangi dampak bagi lingkungan di masa yang akan datang, serta mewujudkan ekonomi yang lebih tangguh, setara dan berkeadilan, serta memperluas lapangan kerja baru. Di tengah melambatnya harga komoditas dan bahan mentah secara global, sektor ekonomi kreatif memberikan sumbangan yang positif bagi perekonomian Indonesia. Peran ekonomi kreatif menghasilkan produk yang bernilai tinggi dan berkontribusi besar pada perekonomian. Berdasarkan data terakhir, ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,38 persen terhadap total perekonomian nasional dengan total PDB sekitar Rp. 852,24 Triliun. Dari total kontribusi tersebut, sub-sektor kuliner, kriya dan fashion memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi kreatif. 

Industri kerupuk merupakan salah satu industri yang terdampak pandemi Covid-19. Sejak beberapa bulan terakhir ini, terdapat kenaikan harga pada minyak goreng sebagai salah satu bahan utama produksi kerupuk. Lonjakan harga minyak goreng masih menjadi topik hangat, karena fakta bahwa Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia menjadikannya sebuah ironi. Minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia, karena menjadi salah satu komoditas sembilan bahan pokok. Kenaikan harga minyak goreng yang signifikan disebabkan oleh meningkatnya harga CPO (crude palm oil) dunia, yang ikut memicu peningkatan harga CPO domestik dan jumlah persediaan CPO untuk pasar domestik. 

Konsekuensi kenaikan harga minyak goreng ini tentunya sangat berdampak kepada konsumen. Apalagi masyarakat Indonesia yang sangat akrab dengan masakan yang serba digoreng. Mulai pedagang gorengan, warung makan, dan tentu saja ibu rumah tangga ikut merasakan imbas kenaikan harga minyak goreng. Tak terkecuali pelaku usaha kerupuk, mengingat dalam proses produksinya perlu menggunakan minyak goreng dalam jumlah besar sebagai salah satu bahan utamanya. Melihat kondisi ini tentu menyulitkan produsen kerupuk untuk mempertahankan usahanya. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus supaya pendapatan yang diterima produsen kerupuk tetap stabil. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan keterampilan untuk mengolah sisa-sisa bahan produksi menjadi produk tambahan yang bernilai jual tinggi. Salah satunya limbah atau sisa dari minyak goreng yang biasa disebut dengan minyak jelantah. Menurut hasil riset Hanjarvelianti & Kurniasih (2020) disebutkan bahwa minyak jelantah dapat diolah menjadi sabun cuci ramah lingkungan. Proses pengolahan minyak jelantah menjadi sabun juga mudah yaitu cukup mempersiapkan alat dan bahan yang terdiri dari mangkok, sendok, spatula, gelas ukur, cetakan, soda api, pewarna, dan bibit parfum untuk memberikan aroma wangi pada sabun. Produk sabun dari minyak jelantah ini tentunya aman untuk digunakan sehari-hari asalkan tidak berhubungan langsung dengan kulit. Produk kerajinan tangan ini juga bisa menjadi alternatif bisnis ekonomi kreatif yang dapat dijual pada toko souvenir, oleh-oleh, dan lain sebagainya. Sabun cuci ramah lingkungan nantinya jika dapat terus diproduksi secara berkelanjutan dapat turut membantu ekosistem lingkungan yang lebih sehat. 

Berdasarkan data GAPKI, konsumsi minyak sawit di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 18.422 juta ton atau naik 6 persen dibanding konsumsi tahun 2020 sebesar 17.349 juta ton. Artinya akan ada hasil limbah minyak jelantah yang sebanding dengan konsumsi minyak goreng yang tinggi. Jika dibiarkan, kondisi ini memiliki dampak yang serius, karena limbah tersebut dapat mengakibatkan penyumbatan saluran drainase yang dapat menjadi tempat berkembangnya penyakit. Selain itu limbah minyak jelantah yang dibuang sembarangan bisa menutup pori-pori yang menyebabkan pencemaran tanah dan terjadi nya banjir.

 -Dewi Deniaty Sholihah, S,E., M.M. - Dosen Manajemen UPN Veteran Jawa Timur -

- Arief Budiman, S.AB, MAB - Dosen Manajemen UPN Veteran Jawa Timur - 

- M.Ilham Naufal, S.A,.MBA - Dosen Manajemen UPN Veteran Jawa Timur -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun