Mohon tunggu...
Mohammad Aniq
Mohammad Aniq Mohon Tunggu... -

Esais: Pegiat Budaya dan Linguistik tinggal di PATI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Kunthul" di Negeri Padi

13 September 2012   02:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kunthul di Negeri Padi

“Kunthul yak yak tandur dibalang mabura”

Anak-anak santri di desa saya suka melantunkan kalimat itu dengan irama ngajinya. Bukan karena mereka tidak bisa ngaji arab, tetapi sengaja untuk menggoda diri dengan sok-lancar mengaji. Tahukah anda bahwa kunthul atau sejenis burung blekok yang suka makan tanaman dan merusak tanaman? Pastinya bagi para petani tak asing menghadapi makhluk itu. Mudah saja bagi para petani menanganinya. Mereka tinggal melempar batu ke arah kunthul dan pasti akan terbang lagi. Cuma bisa dipastikan akan kembali dan merusak lagi hingga petani lelah.

Ternyata di negeri kita ada banyak kunthul yang mirip dengan kunthul di sawah suka ntitili, merusak, pengecut, dan sama-sama tidak bertanggungjawab. Bedanya hanya kunthul-kunthul yang ini tidak bisa terbang. Kalau pun terbang naik pesawat dan singgah di tempat lain. Ada-ada saja di negeri kaya kita ini.

Anehnya, sudah banyak pengawas para kunthul masih saja berani kitar-kiter, apa tidak takut dibalang. Mungkin bukan dari keberanian para kunthul, para pengawasnya yang ketiduran atau lengah dalam pengawasan. Lebih disialkan lagi kalau kunthul-kunthul itu menyuap pengawasnya. Sial sekali.

Sial sekali, kadangkala harus dipakai untuk menyatakan lebih daripada sayang sekali. Hal itu tidak perlu ditakuti hanya gara-gara mbak Marissa Haque menyatakan dengan halus bahwa mengkritik secara formal, kata sialnya harus diganti sayangnya yang dalam bahasa inggris “unfortunately”.

Singkatnya, kalau segi pengawasan sudah tidak lagi mempan, lebih baik para petani dijadikan pengawas biar mereka sendiri yang menanganinya. Sekali ntitili, balang sekali. Dua kali ntitili, balang dua kali. Berkali-kali ntitili, balang berkali-kali. Tapi khawatir juga kalau para petani ketiduran. HaHaHa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun