Mohon tunggu...
Ahmad Basofi Mujahidin
Ahmad Basofi Mujahidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan Universitas Indonesia / ASN Kementerian Pertahanan

seorang mahasiswa program RPL di Fakultas Ilmu Keperawatan - Universitas Indonesia dan saat ini sedang izin belajar sebagai ASN perawat pelaksana di RS Pusat Pertahanan Negara PB. Soedirman - Kementerian Pertahanan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masalah Kesehatan Psikososial pada Klien dengan Penyakit Kronis

16 April 2024   17:50 Diperbarui: 17 April 2024   16:17 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Psikososial adalah interaksi kompleks antara psikologis dan sosial dalam kehidupan individu. Dalam konteks keperawatan, konsep psikososial sangat penting karena memahami aspek psikologis dan sosial dari pasien yang mempengaruhi proses keperawatan yang akan diberikan. Penerapan konsep psikososial dalam keperawatan yang lebih mendalam dan berfokus pada individu. Hal ini membantu pasien merasa didukung secara menyeluruh, bukan hanya dalam pengelolaan kondisi fisik tetapi juga dalam menghadapi tantangan psikologis dan sosial yang dihadapi (Tita et al., 2021).

Masalah kesehatan psikososial adalah kondisi yang mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang.  Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yaitu psikis (stress, cemas, depresi, trauma), faktor sosial (kemiskinan, diskriminasi, kekerasan) dan faktor lingkungan (bencana alam, konflik politik). Masalah psikososial terdiri dari berduka, keputusasaan, ansietas, ketidakberdayaan, risiko penyimpangan perilaku sehat, gangguan citra tubuh, koping tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, sindroma post trauma penampilan peran tidak efektif dan HDR situasional (Nur Khasanah et al., 2023). Hal yang harus diperhatikan dalam kebutuhan psikososial adalah menyadari bahwa pasien mempunyai rasa suka dan tidak suka yang bersifat individual, membantu pasien untuk mengisi waktu luang selama berada dirumah sakit, menghormati privasi pasien, tidak menghakimi perilaku dan pilihan pasien yang berbeda dan menghargai perasaan dan kemampuan pasien (Nur Khasanah et al., 2023).

Terdapat lima jenis kebutuhan psikososial yaitu kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa memiliki dan kebutuhan mendapatkan pengalaman. Kebutuhan akan kasih sayang mencerminkan pentingnya kebutuhan akan penerimaan dan cinta yang memberikan kehidupan dan ketenangan. Kebutuhan rasa aman meliputi perlindungan fisik dan psikologis. Kebutuhan akan harga diri dan penghargaan diri orang lain terkait dengan keinginan untuk merasa berdaya, mencapai prestasi, memiliki rasa percaya diri dan mendapatkan pengakuan dari orang lain (Nur Khasanah et al., 2023).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan kesehatan psikososial diantaranya adalah mekanisme koping, dukungan psikososial dan peran petugas kesehatan. Mekanisme koping merupakan faktor penyeimbang yang dapat membantu individu mengatasi tekanan dan menghindari depresi. Mekanisme koping adaah cara yang digunakan oleh individu untuk mengatasi masalah dan beradaptasi dengan perubahan. Dukungan psikososial bertujuan untuk mengembalikan kemampuan beradaptasi sehingga dapat berfungsi  secara normal kehidupan sehari-hari. Peran petugas kesehatan termasuk perawat sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas, perawat juga memiliki fungsi untuk membantu pasien menghadapi perubahan dan mengembalikan keseimbangan. (Siti Kotijah et al., 2021)

Perawat mempunyai tugas pokok untuk mengkaji fungsi fisiologis pasien. Fungsi fisiologis merupakan suatu data yang harus diperoleh perawat dalam melakukan pengkajian psikososial. Beberapa fungsi fisiologis sering diperburuk oleh masalah emosional, pola makan dan tidur. Perawat wajib menanyakan klien apakah ia mengalami masalah kesehatan utama atau penyakit kronis. Penyakit kronis menyebabkan adanya adanya penurunan kondisi kesehatan seseorang.  Beberapa penyakit yang tergolong kronis diantaranya adalah diabetes mellitus, kanker, penyakit jantung dan TB paru.

Pasien dengan penyakit kronis sering mengalai masalah psikososial yang berdampak pada kualitas hidupnya. Faktor-faktor psikososial ini meliputi stigma sosial, kecemasan, depresi, manajemen emosi dan dukungan sosial.  Faktor tersebut memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan psikologis dan fisik pasien. Masalah psikososial yang umum terjadi pada pasien dengan penyakit kronis  :

  • Stigma sosial : peasien dengan penyakit kronis sering mengalami stigmatisasi sosial, disiskriminasi atau ketidaknyamanan dalam interaksi sosial akibat penyakitnya. Hal ini menyebabkan isolasi sosial dan penurunan harga diri (Gonzales et al., 2019)
  • Kecemasan dan depresi : kecemasan dan depresi umum terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, baik karena perubahan fisik yang menyertai penyakit, ketidakpastian tentang prognosis atau kesulitan dalam mengatasi tantangan sehari-hari yang ditimbulkan oleh kondisi medis mereka (Gonzales et al., 2019)
  • Manajemen emosi : pasien seringkali menghadapi tantangan dalam mengelola emosi negative yang muncul akhibat penyakit kronis, hal ini meliputi perasaan putus asa, marah atau kehilangan harapan yang mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan
  • Dukungan sosial : dukungan sosial dari keluarga, teman atau komunitas dapat menjadi faktor pelindung dalam mengatasi masalah psikososial terkait penyakit kronis. Dukungan sosial membantu pasien merasa didukung, mampu mengatasi masalah yang dihadapi.

Berikut ini terdapat beberapa contoh kasus penyakit kronis yang mempengaruhi psikososial diantaranya penyakit Tuberkulosis paru, Diabetes Mellitus, Kanker dan penyakit jantung.

  • Tuberkulosis paru merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh mikrobacterium tuberkulosa. Di Indonesia kasus TBC terdapat 717.941 kasus, Indonesia berada pada peringkat kedua setelah India. (Kemenkes, 2021). Pasien dengan TB paru mungkin mengalami masalah isolasi sosial karena takut menularkan penyakitnya ke orang lain, serta mengalami kecemasan akan efek samping pengobatan yang memakan waktu lama yakni minimal 6 bulan mengkonsumsi obat anti tuberculosis.
  • Diabetes Mellitus salah satu masalah kesehatan yang banyak ditemukan di tengah masyarakat Indonesia, DM harus mendapatkan penanganan sedini mungkin demi menghindari efek yang lebih buruk dikemudian hari. Dari hasil Riskesdas (2018) prevelensi diabetes mellitus pada penduduk usia >15 tahun adalah 10,6%. Sekitar 19,5 juta orang di Indonesia menderita penyakit ini. Indonesia berada menempati peringkat ke 5 tertinggi di dunia (International Diabetes Federation, 2021). Seseorang dengan diabetes mellitus tipe 2 mungkin mengalami depresi karena kesulitan mengontrol gula darah, dan kekhawatiran akan komplikasi jangka Panjang, seperti luka tidak kunjung sembuh yang berujung pada gangguan citra diri, depresi dan stress.
  • Kanker merupakan penyakit yang mematikan. Terdapat 396.914 kasus baru kanker. Kasus terbanyak dari kanker adalah kanker payudara 16,6%, kanker cervik 9,6%, kanker paru 5,5% dan kanker kolorectal 6,1% (Globocan, 2020). Perempuan dengan kanker payudara mungkin mengalami psikososial seperti gangguan citra tubuh, stress, kecemasan dan depresi. Pasien akan mengalami stress emosional yang signifikan dikarenakan diagnosisnya, perubahan fungsi tubuh dan hubungan interpersonal yang terganggu.
  • Penyakit jantung diantaranya hipertensi, stroke, penyakit jantung coroner merupakan kasus penyakit tidak menular yang tinggi angkanya di Indonesia. Menurut Riskedas (2018) angka prevelensi kejadian stroke 7%, hipertensi 27,1%. Pasien yang mengalami penyakit jantung coroner mungkin akan mengalami kecemasan kronis tentang serangan jantung berulang, kesulitan merubah gaya hidup dan mengkonsumsi obat seumur hidup yakni pengencer darah. Penyakit jantung coroner dapat menyebabkan kecemasan, depresi dan ansietas. Sedangkan pasien dengan stroke mungkin akan mengalami depresi, kecemasan dan aphasia maupun gangguan citra tubuh terkait adanya paralisis di salah satu ekstremitasnya.
  • Penyakit kronis dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan psikososial seseorang. Intervensi psikososial dapat membantu dalam mengelola stress, meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan. Perawat mempunyai peran penting dalam keberhasilan mengurangi dampak psikososial yang terjadi pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

GLOCOBAN 2020 : https://gco.iarc.fr/

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, https://www.kemkes.go.id/

Nur, Khasanah., Ririn, W., Akbar S., Endang., (2023) Buku ajar psikososial dalam keperawatan. Nganjuk : CV Dewa Publishing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun