Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ada Apa di Balik Pembajakan Kapal Rwabee oleh Pemberontak Houthi di Yaman?

5 Januari 2022   10:04 Diperbarui: 14 Februari 2022   14:28 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Rwabee berbendera UEA yang dibajak oleh Pemberontak Houthi. Sumber: South Front via Kompas Tv

Sejak meletus perang antara koalisi pimpinan Arab Saudi dengan pemberontak Houthi 7 tahun lalu perang Yaman belum merupakan ancaman serius terhadap pelayaran internasional di kawasan Laut Merah. 

Berdasarkan jumlah serangan terhadap kapal-kapal yang melintas di sana telah terjadi dua kali serangan terhadap kapal dan dua kali peristiwa pembajakan kapal.

Pada 2016 sebuah kapal Uni Emirat Arab (UEA) SWIFT-1 diserang pemberontak Houthi di Laut Merah di kawasan antara Yaman dan Eritrea.

Pada Juli 2018 pemberontak Houthi menembak kapal tanker yang dioperasikan oleh Arab Saudi.

Pada 17 Nopember 2019 sebuah kapal berbendera Arab  Saudi dan 2 kapal Korea Selatan dibajak oleh Yemeni Coast Guard (Penjaga pantai Yaman Houthi) di Laut Merah dekat pulau Uqban di utara pelabuhan Hodeidah.

Namun kini bisa jadi perang Yaman akan masuk ke arena pertempuran laut setidaknya akan terjadi peningkatan sabotase di Laut Merah. Perang Yaman akan menjadi ancaman serius terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah.

Pembajakan atau serangan sporadis terutama terhadap kapal-kapal negara teluk atau negara-negara pendukung koalisi pimpinan Arab Saudi akan meningkat.

Peristiwa pembajakan terkini oleh pemberontak Houthi (dukungan Iran) terjadi di awal tahun 2002. Pemberontak Houthi membuka "lembaran" tahun baru dua hari lalu tepatnya pada 2 Januari 2022  menjelang dinihari.

"Rwabee" atau Rawabi, sebuah kapal landing (Landing Craft bernama Rawabi berbendera UEA pengangkut kargo militer berangkat siang hari dari pelabuhan Hamriya, Dubai UEA pada 2 Januari 2022 menuju pelabuhan Jizan, Arab Saudi.

Ketika berada dekat Centre Peak Island atau 23 mil di utara pelabuhan Hodeidah sebuah boat karet cepat diawaki 9 personil terlatih mengejar kapal yang sedang berada di jalur internasional tersebut pada malam yang gelap menjelang pergantian hari.

capture dari mmy.ye/258507. Sebanyak 9 personil AL Yaman Houthi mengejar kapal Rwabee. Update per 14/2/2024.
capture dari mmy.ye/258507. Sebanyak 9 personil AL Yaman Houthi mengejar kapal Rwabee. Update per 14/2/2024.

Menurut informasi Marine Monks.com kapal itu mulai dibajak pada pukul 23.57 waktu setempat. Berdasarkan informasi dan gambar yang beredar dalam berbagai akun twitter pendukung Houthi, tugas tersebut dilaksanakan oleh 9 petugas penjaga pantai, mirip seperti serangan yang terjadi pada 2019. 

Sebanyak 5 petugas (pembajak) masuk ke dalam kapal mengawal kapten kapal itu ke pelabuhan dikuasai Houthi dikawasan pelabuhan Hodeidah. Selesai beroperasi mereka "sujud syukur" di tepi pantai seperti terlihat pada gambar.

Gambar ilustrasi Yemeni Navy yang dikaitkan dengan serangan terhadap kapal Rwabee. Sumber dari Twitter.com (digabung oleh penulis)
Gambar ilustrasi Yemeni Navy yang dikaitkan dengan serangan terhadap kapal Rwabee. Sumber dari Twitter.com (digabung oleh penulis)

Juru bicara militer koalisi Arab Saudi, Brigjen Turki al-Maliki berkata kapal itu mengangkut peralatan medis dan kesehatan dari UEA ke Arab Saudi seraya meminta pepmbabasan kapal tersebut karena itu adalah tindakan pembajakan, melanggar hukum UNCLOS dan International Humanitarian Low.

Al-Maliki juga mengancam akan menggunakan kekuatan militer terukur untuk membebaskan kapal tersebut.

Di sisi lain, juru bicara militer Houthi, Brigjen Yahya Saree berkata bahwa operasi tersebut dilaksanakan oleh angkatan laut Yaman (The Yemeni Navy). Menurutnya, kapal tersebut mengangkut peralatan permusuhan terhadap rakyat Yaman.

Saree memperlihatkan isi muatan kapal tersebut secara detail, terdiri dari sejumlah senjata serbu, senapan sniper, amuinisi, kendaraan dan truk militer, seragam militer serta jeep militer yang dlengkapi radar canggih.

Menurut informasi beredar di twitter, jeep tersebut buatan AS yaitu AN/TSC-156 Phoenix Tactical Super High Frequency (SHF), meskipun juga hampir mirip dengan Jeep dilengkapi terminal satellite communication (SATCOM Terminal) buatan Wenzlau, China atau negara lainnya.

Melihat pada item perlatan dan jumlah yang banyak tampaknya kapal yang dibajak itu memuat peralatan bernilai ratusan miliar rupiah.

Peristiwa pembajakan kali ini termasuk aneh jika tak pantas disebut misterius. Sangat aneh karena kapal dengan muatan berharga tersebut tidak disertai petugas keamanan atau pengawalan secukupnya, seakan-akan koalisi Arab Saudi sangat meremehkan ketangguhan pemberontak Houthi di laut.

Lima pembajak menguasai dengan cepat kapal tersebut setelah mengetahui kondisi pertahanan di dalam kapal sangat lemah,tidak dilindungi oleh petugas keamanan yang kuat.

Informasi terkini memperlihatkan seluruh muatan telah dibongkar, kapal tersebut dalam kondisi kosong bersandar di sebuah sudut dermaga tak jauh dari pelabuhan Hodeidah namun seluruh awak ditahan di dalam kapal tersebut.

Peristiwa ini memancing pertanyaan besar koalisi pimpinan Arab Saudi mengapa Hothi mempunyai jaringan intelijen seperti itu. Mungkinkah ada orang dalam terlibat dalam sabotase tersebut. Bahkan seorang analis AS yang tidak bersedia menyebut namanya sangat meragukan mengapa ini bisa terjadi.

Terlepas ada dugaan persekongkolan di balik itu atau hebatnya intelijen Houthi dukungan Iran terlibat di sana, peristiwa ini mengirim pesan bahwa ajang perang Yaman akan meningkat secara drastis ke arah pantai. 

Houthi akan mengubah taktik dan strateginya. Taktik ini dilakukan guna mengalihkan perhatian koalisi Arab Saudi terhadap upaya Houthi merebut kota Marib yang kaya dengan minyak dan upaya menguasai kawasan pesisir pantai kembali dari Al-Mutaynah di provinsi Hodeidah hingga ke Mocha provinsi Taizz.

Sejak perang meletus pada 2014, Houthi dukungan Iran menguasai ibukota Sanaa dan menjatuhkan presiden Hadi dari kekuasaannya yang mengungsi ke Arab Saudi hingga kini. 

Sejumlah negara teluk di bawah kendali koalisi Arab Saudi melakukan intervensi guna memulihkan pemerintahan presiden Abdrabbuh Mansur Hadi sejak 2015 hingga kini. 

Perang yang telah merenggut hampir 390 ribu jiwa itu ternyata baru permulaan karena selain mulai meluas ke arah pantai juga akan memancing negara-negara besar lain terlibat lebih dalam sesuai kepentingan proksi masing-masing seperti terjadi di Suriah.

Pembajakan kapal landing pengangkut bahan militer Arab Saudi ini menjadi tanda-tanda dugaan di atas. 

Namun yang paling mengkhawatirkan ternyata perang Yaman ini baru permulaan. Jika tidak segera berdamai bisa jadi akan berdarah-darah melebihi apa yang terjadi di Suriah.

abanggeutanyo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun