Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kok Bisa "Made in Indonesia" tapi "From China"? Begini Caranya....

29 Maret 2020   21:16 Diperbarui: 29 Maret 2020   21:22 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI dan Gubernur Jateng. dan Bantuan Boho. Sumber gambar: kiri :Suara.com dan kanan:Brito.id. Digabung oleh Penulis

Beberapa produk elektronik berlisensi Jepang meskipun menggunakan nama perusahaan Jepang tetapi sebagian besar komponennya untuk alasan tertentu dibuat atau dirakit di China disebut "made in China."  Dan ketika produk itu, misalnya laptop Toshiba tiba di negara asalanya (Jepang) juga ditulis Made in China.

Dengan segala pertimbangan cost, biaya kirim, biaya masuk, biaya pembuatan dan upah kerja dan lain-lainnya lebih murah dibuat di China penekanannya sangat jelas yaitu "Made in China."

Warga Jepang tidak melihat sesuatu yang aneh. Sama halnya turis-turis China yang berkunjung ke berbagai tempat di Jepang tidak menganggap itu sebuah keanehan. Beberapa turis  membeli "oleh-oleh" dari Jepang  berupa alat elektronik tertulis "Made in China," menurut sumber Nikkei.

Tetapi teori di atas tidak berlaku pada alat pelindung diri (APD) yang "tertangkap basah" masuk ke Indonesia khususnya di Jawa Tengah dan DKI Jakarta beberapa hari lalu.

Gubernur Jateng yang melakukan sidak dibuat terperanjat tak kepalang tanggung. Berkali-kali menunjukkan ke atas sebuah kardus bersi APD tertulis "made In Indonesia" berisi baju pelindung (overall) yang sedianya akan dibagikan ke sejumlah Rumkit di Jateng. Di kardus dan bungkusan di dalamnya tertulis kalima menarik perhatian "made in Indonesia."

Kebingungan Ganjar Pranowo tentu saja bermakna tanda petik. Kita bisa menangkap pesan di sana ada praktek tidak wajar terjadi di sana (bukan dalam pengentasan virus Corona). 

Ketidak wajaran itu terjadi dalam dunia dagang yang merugikan posisi Indonesia karena cuma menjadi negara penyedia bahan baku atau produksi saja. Merek, saluran distribusi  dan harga dibuat oleh negara lain.

Praktek kerjasama dagang antar negara seperti itu telah lama terjadi di tanah air yakni :

  • Perusahaan Indonesia menjadi suplier bahan baku saja ke negara lain (disebut penyedia jasa atau produsen bahan baku)
  • menjadi suplier barang setengah jadi ke negara lain  (penyedia jasa barang setengah jadi)
  • menjadi pengirim barang sudah jadi ke negara lain (penyedia jasa bahan sudah jadi)

Setibanya dinegara tujuan (misal China) bahan baku dari Indonesia diolah menjadi bahan jadi atau produk tertentu. Selain dipakai di negeri sendiri juga lalu dikirim (ekspor) ke berbagai negara yang membutuhkannya dan mungkin termauk ke Indoneisa dalam lalu lintas perdangan ekpor- impor dalam bentuk curah atau juga dalam bentuk kotak atau kemasan dalam kontainer.

Produk yang dikirm ke negara lain biasanya sudah menggunakan nama negara pembuat terakhir (China) meskipun komponen bahan dasar atau setengah jadi bahkan produk utuhnya berasal dari Indonesia misalnya.

Maka ketika sebuah produk yang bahan baku atau setengah jadi bahkan sudah jadi itu sudah dipaking lalu dikirim ke China dengan label Made in Indonesia" itu adalah hal yang wajar dan sangat normal. 

Berarti produsen pembuatnya di Indonesia tidak menjual produk itu di tanah airnya sendiri. Atau jika pun dijual di tanah airnya sendiri tapi menggunakan merek lain dan biasanya produk itu lebih mahal harganya walaupun sedikit.

Ketika Indonesia membutuhkan produk tersebut dan (ternyata produk tersebut) jumlahnya berlimpah ruah di China guna memenuhi kebutuhan untuk negara tersebut pada saat diamuk virus Corona maka produk kiriman dari Indonesia itu dikirim lagi ke Indonesia oleh pihak berkompeten di sana. Misalnya pemerintah China yang menguasai produk tersebut mengirim kembali ke Indonesia guna membantu pencegahan serangan virus Corona di Indonesia.

Maka datanglah "berjibun" 40 ton (katanya) bantuan pasokan medis dari China yang telah mendarat kembali di negeri asalnya sendiri di Jakarta dan Jawa Tengah. Pasokan medis itu terdiri dari test kit Covid-19, masker N95, masker bedah, hingga alat pelindung diri seperti baju, kacamata, dan sarung tangan.

Kabarnya itu adalah bantuan dari sejumlah perusahaan Tiongkok yang mencari rezeki di Indonesia. Jadi murni bantuan yang cuma jadi pertanyaan karena masalah "cassing-nya" saja.

Akan tetapi teori kewajaran di atas TIDAK berlaku jika dalam pengadaan alat kesehatan untuk proyek DKI dan Jateng atau secara nasional (untuk negara) melibatkan perusahaan swasta asing. Dan jika kiriman tersebut adalah bagian dari perusahaan asing atau resellernya untuk ikut pengadaan proyek alat kesehatan (alkes) dengan menuliskan pada kemasannya "made in Indonesia" ada dua kemungkinan yaitu :

  • Mengelabui persyaratan yang ditetapkan oleh kementerian perindustrian dalam tatacara lelang pengadaan barang jasa untuk pemerintah. 
  • Ada praktek sistem pengadaan alkes yang diperagakan oleh perusahaan milik superbody memanfaatkan kekuasaan dalam pemerintahan.

Akan tetapi JIKA pengadaan tersebut murni hibah 100% tanda perhatian pengusaha Tiongkok untuk Indonesia tanpa adanya pertukaran transaksi dalam bentuk apapun maka pengadaan tersebut patut disyukuri meskipun tetap menimbulkan tanda tanya bagaimana mungkin peralatan yang sangat diperlukan itu TIDAK ADA di tanah air, adanya justru dari negara lain tempat awalnya bersemi virus Corona asalnya dari tanah air. 

Pihak yang paling mengetahui dalam hal ini jelas Kementerian Kesehatan. Semoga dapat memberi pernyataan sebelum menimbulkan multi tafsir.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun