Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Presiden Jokowi Tidak Gentarkan Cina di Natuna, Pertimbangkan Hal Ini

13 Januari 2020   15:04 Diperbarui: 13 Januari 2020   15:16 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Gelora.co dan JBO.co.id. Diedit olhe penulis

Ketegangan Indonesia - Cina meningkat sejak pertengahan Desember 2019  saat puluhan nelayan China menjaring ikan di kawasan tersebut. Kemudian pada 8 Januari 2020 Preisden Jokowi berkenan melihat ke lokasi. Kedatangan itu disikapi oleh penjaga pantai dan nelayan China dengan menjauh dari lokasi tersebut.

Setelah itu para nelayan pencuri menghilang beberapa hari, tapi ternyata pada  11 Januari 2020 mereka muncul lagi bahkan lebih banyak mencapai 49 kapal nelayan. Tak gentarkah mereka pada kunjungan Presiden Republik Indonesia?

Tampaknya ada semacam alasan yang membuat para nelayan China tidak menganggap serius Indonesia. Hal ini disebabkan oleh :

  • Pemerintah Cina (Tiongkok) tahu dan hakul yakin bahwa Indonesia tidak akan menerapkan pola perang menghadapi Tiongkok dalam kasus Natuna.
  • Meskipun kunjungan Presiden ke kawasan tersebut secara simbolis memperlihatkan perhatian yang sangat serius tapi di sisi lain pernyataan Presiden Jokowi terhadap masalah tersebut bersifat mengambang, tidak tegas mengatakan bahwa China telah melanggar kawasan ZEE Indonesia.

Jadi apa maunya Cina? Maunya adalah menguasai perairan tersebut mengacu pada kepercayaan yang mereka gunakan yakni peta China di laut selatan berupa 9 garis putus-putus. BUKAN berdasarkan konvensi ke 3 PBBtentang tentang hukum laut dan ZEE yang diratifikasi pada 1982 oleh seluruh dunia meskipun pada persoalan lain di perairan lain Cina mengakui UNCLOS untuk perseteruannya denganJepang dalam perebutan pulau Senkaku atau beberapa pulau di pesisir Vietnam. 

Pantas saja mereka mundur beberapa puluh mil (60 NM)  pasca Presiden Jokowi berkunjung ke sana mungkin sekadar memberi penghormatan pada Presiden Indonesia yang diminta segera dilaksanakan oleh para penjaga pantai Cina di kawasan tersebut.

Tapi setelah itu seakan tahun benar-benar skema penyikapan Indonesia terhadap Natuna utara dan ZEE Indonesia mereka kini muncul lebih banyak. Kini diperkirakan nelayan Cina mulai merangsek kembali ke kawasan tersebut. 

Menurut informasi yang diterima dari Kabar24bisnis.com edisi 12/1/2020, melaporkan empat unit KRI patroli KRI Usman Harun-359 bersama KRI Jhon Lie-358 dan KRI Karel Satsuitubun-356 bertemu enam kapal Coast Guard Cina, satu kapal pengawas perikanan China, dan 49 kapal nelayan pukat asing. Salah satu kapal Coast Guard China-5302 menantang, berani memotong haluan KRI Usman Harun-359 pada jarak 60 yards (sekitar 55 meter). Peristiwa terjadi pada 11/1/2020.

Meski telah disikapi provokatif oleh nelayan dan penjaga pantai Cina seperti itu tetap saja Indonesia masih bersikap hati-hati. Sikap inilah yang sering dimanfaatkan atau dibaca oleh Cina.

Demi tetap menjaga hubungan baik, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksdya TNI Yudo Margono mengatakan"Jangan sampai hubungan pemerintah Indonesia-Tiongkok yang sudah terjalin dengan baik, terganggu dengan adanya kegiatan ilegal yang dilakukan oleh para nelayan Tiongkok," ujarnya pada pers.

Di sisi lain meskipun ada statemen keras dari Pangkogabwilhan mengatakan apabila mereka tidak mau dan masih bertahan maka akan ditangkap  dan diproses secara hukum. Bagaimana jika ancaman agak keras seperti ini tidak digubris oleh Cina? Kongkritnya adalah pada saat TNI AL menangkap mereka (sebagaimana disebutkan dalam ancaman keras di atas) lalu penjaga pantai Cina datang membantu bahkan kapal perang Cina ikut membantu nelayan mereka apa yang akan terjadi?

Mundurkah TNI AL dari eskalasi tersebut jika situasinya seperti itu karena alasan pertimbangan demi hubungan baik di atas? Kita yakin pasti TNI AL tidak akan mundur meskipun Cina adalah raksasa militer dunia. Dengan demikian berarti akan terjadi insiden yang ujung-ujungnya adalah memburuknya hubungan ke dua negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun