Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

GPS Sipilnya Diacak, Israel Remehkan Beruang Ompong Rusia

2 Juli 2019   01:05 Diperbarui: 3 Juli 2019   11:28 6042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi : Sumber forbes.com edisi 19 Februari 2019

Senin, 1 Juni 2019 tengah malam, sejumlah pesawat tempur Israel kembali menyerang Suriah melesakkan sejumlah misil penjelajah (cruise missiles) ke sejumlah target di pinggiran ibu kota Damaskus tepatnya di As Sahaiykh Ibrahim dan di sekitar Homs tepatnya di komplek bandara Mintaqat Al-Qusayr.

Laporan berbagai media hingga tulisan ini dibuat seperti dikutip dari haaretz.com serangan tersebut telah merenggut korban jiwa warga sipil 16 orang tewas dan sejumlah lokasi penelitian telah dihancurkan.

Serangan Israel ke Suriah bukan hal baru. Sejak 2013 tercatat 200-an kali Israel telah menyerang Suriah dengan dalih Iran, Iran, Iran dan Iran sebagai ancaman terbesar dan musuh nomor wahid yang membuat Israel rasanya tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Meski serangan Israel ke dalam wilayah kedaulatan Suriah telah berlangsung hingga 200-an kali akan tetapi serangan pada 1 Juli 2019 dapat dikatakan berbeda dengan sebelumnya pernah ada. Perbedaannya terletak pada beberapa poin penting yaitu :

  • Serangan Israel terhadap Suriah dan Iran dilaksanakan setelah pertemuan penasihat keamanan nasional ketiga negara, yakni Nikolai Patrushev (Rusia), John Bolton (AS) dan Meir Ben- Sabbat (Israel) pada 25 Juni 2019 lalu yang dipimpin oleh PM Isrel Benyamin Netanyahu. Pertemuan tersebut dikatakan pertemuan bersejarah karena tujuan utama adalah mengingatkan Iran (melalui Rusia) agar tidak menjadi sumber pertikaian dan agresi di timur tengah.
  • Serangan Israel kali ini dilakukan dari arah pantai mediterania dan kawasan Lebanon selatan. Pesawat tempur Israel yang belum diketahui dari jenis apa tidak memasuki kawasan udara Suriah. Pesawat tempur tersebut memanggul misil penjelajah lalu memuntahkan ke beberapa obyek. Selain target di sekitar Damaskus dan Homs sebagaimana disebutkan di atas sejumlah ledakan juga terjadi di dekat pelabuhan Tarsus basis AL Rusia di Suriah dan Timur Tengah.
  • Serangan Israel kali ini terjadi hanya 4 hari setelah duta besar Anatoly Victorov untuk Israel dipanggil oleh Kemenlu Israel atas perbuatan yang dianggap berbahaya bukan saja bagi penerbangan sipil tapi juga penerbangan militer Israel. Rusia dituduh telah melakukan perang elektronik (electronic warfare) di kawasan pangkalan udara Rusia di Hmeymim, Latakia, Rusia sejak sebulan terakhir berupa mengganggu GPS penerbangan sipil di Israel.

Terkait dengan masalah macet atau terganggunya GPS penerbangan sipil sejumlah pilot Israel yang tergabung dalam International Federation of Air Line Pilots' Associations (IFALPA) telah melapor pada otoritas bandara Israel atau Israel Airports Authority (IAA) terjadinya gangguan Global Positioning System (GPS) pada GPS pesawat mereka yang lepas landas dan mendarat di bandara Ben Gurion.

Menurut laporan sejumlah Pilot signal GPS hilang saat pesawat akan mendarat di Ben Gurion. Meskipun hal itu tidak membahayakan (karena pesawat dibekali dengan teknologi alternatif jika sistem GPS hilang atau terganggu) namun aksi tersebut telah terjadi 2 - 3 minggu sebelum otoritas Israel memanggil dubes Victorov untuk memberi klarifikasi atas aksi Rusia tersebut.

Dubes Rusia untuk Israel mengatakan "informasi tersebut adalah palsu, kami tidak dapat meresponnya secara serius.." sebuah jawaban yang membuat Israel bagaikan kebakaran jenggot rasanya.

Bukan Israel namanya jika belum sempat membalas dendam meski dengan cara lain di tempat yang lain.

Israel benar-benar memperlihatkan kepongahannya. Tak perduli S-300 atau S-400 siap melumat pesawatnya Israel merangsek dari sisi laut mediterania melepaskan misil-misil penjelajahnya yang menurut media barat telah berhasil melumat sejumlah fasilitas penelitian yang diyakini sebagai tempat uji coba rudal Iran dan Suriah. 

Israel mengklaim tidak satupun pesawat tempur dan misilnya mampu diintersep oleh misil anti misil sistem pertahanan udara Suriah - Iran -Rusia.

Bahkan media barat mempertontonkan salah satu misil S-200 Suriah akhirnya hilang tenaga dan jatuh di sebuah tempat di pedalaman Siprus utara sebagaimana disampaikan secara resmi oleh PM Siprus utara Ersin Tatar (sumber independent.co.uk).

Rusia menerapkan teknologi mengacau dan menghilangkan sistim GPS di sekitar pangkalan udara Hymemim Airbase di Latakia sebagai langkah antisipatif dari perang drone yang diperagakan kelompok pembebasan Suriah dalam payung FSA yang dalam 2019 ini semakin intensif dan gencar menyerang pangkalan udara tersebut.

Seorang profesor dari Universitas Texas telah memberi pandanganya kepada Pentagon beberapa minggu lalu tentang aksi Rusia menerapakan teknologi mematikan GPS khususnya di sekitar pangkalan udaranya di Latakia.

Profesor Todd Humphreys seorang isniyur aerospace berbasis navigasi satelit mengatakan memiliki data dan fakta dan merekam pengaruh signal yang dapat dilihat dari ruang angkasa betapa signal tersebut sangat kuat sehingga mampu melumpuhkan dan mematikan sistem GPS yang ada disekitar tersebut selama sebulan terakhir.

The source of a signal interfering with GPS reception for planes flying over Israel, located on Russia's Khmeimim Air Base in western Syria, from a presentation by aerospace engineer Todd Humphreys to the US government in June 2019. (Courtesy) . Source : timesofisrael.com
The source of a signal interfering with GPS reception for planes flying over Israel, located on Russia's Khmeimim Air Base in western Syria, from a presentation by aerospace engineer Todd Humphreys to the US government in June 2019. (Courtesy) . Source : timesofisrael.com
Hasil penelitian Todd Humphreys entah terkait atau tidak dengan peristiwa sebelumnya pada 2018 lalu ketika NATO menuduh Rusia melumpuhkan sistim GPS dalam latihan NATO di perairan Finlandia dan Norwegia pada November 2018

Profesor Todd Humphreys mengatakan bahwa teknologi yang diterapkan Rusia BUKAN untuk mengacaukan Israel akan tetapi sebagai upaya menggempur dan melumpuhkan drone yang mengarah ke pangkalan Hymeimim airbase.

Sumber : timesofisrael.com
Sumber : timesofisrael.com
Menurut Humphreys kali ini Rusia menerapkan dua cara sekaligus yakni kombinasi Jamming dan Spoofing. Jamming dalam bentuk GPS langsung menolak pelayanan dan Spoofing berupa penerimaan informasi palsu di layar monitor. (Bagaimana cara kerja lebih spesifiknya semoga pembaca berkenan membantu beri penjelasan -red).

Kini untuk kesekian kalinya Israel memperolok Rusia bahwa kekuatan, nama besar dan mungkin saja teknologi perang Rusia tak lebih hanya menang di atas kertas.

Jika diibaratkan hewan tak lebih mirip beruang ompong dengan kuku-kuku yang telah rapuh dan tidak bertenaga sama sekali.

Mungkin Israel memberi pesan bahwa itu adalah wujud kekecewaan pada Rusia atas kemesraannya dengan Iran.

Akan tetapi tampaknya itu tidak sama sekali sebab kepongahan Israel terhadap Rusia telah terjadi sejak lama dalam perang Yom Kipur (6 - 26 Oktober 1973 ), Perang 6 hari (5--10 Juni 1967) dan perang di Lebanon (12 Jul 2006 -- 14 Agustus 2006). Peralatan tempur buatan Rusia yang digunakan negara-negara Arab seperti tak kuasa menahan gempuran teknologi buatan AS dan Eropa (barat).

Entah sampai kapan Rusia (dan Iran) mampu bersabar menghadapi arogansi Israel. Rasa-rasanya Rusia benar-benar jadi barang mainan Israel di Suriah.

Di tengah kekuatiran majunya tentara Turki dalam pertempuran langsung di kancah Suria di Idlib kini Rusia (juga Iran) seakan terperangah melihat hegemoni Israel benar-benar sangat dahsyat. 

Kali ini dengan dalih menghancurkan pusat riset Iran di Suriah tapi terkait kasus jamming GPS yang entah bagaimana bisa menyasar ke Ben Gerion dimanfaatkan Israel menggebuk kembali Suriah dan Iran, sekaligus menampar kembali wajah Rusia yang sedang terlihat bagaikan beruang ompong di mata Israel.

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun