Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Artis Identik Prostitusi?

10 Mei 2015   15:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:11 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14312455921881025597

Judul diatas, sebenarnya sudah sangat lama terjadi dan tanda tanyanya seharusnya dihilangkan, bahkan sudah sejak zamannya kekuasaan Presiden Soekarno hingga kini.  Bagaimana dahulu para Menterinya Soekarno dan mungkin juga Presidennya suka bermain-main skandal dengan beberapa artis tempo dulu dan terkenal dengan artis gula-gula. Tidak usahlah diungkap siapa namanya, tapi beberapa artis tempo dulu itu yang terlibat kasus dan skandal masih ada dan bisa ketawa-ketiwi dan pasti sekarang sudah dipanggil nenek-nenek artis. Maklumlah sekarang sudah pada peot mukanya, giginya juga sudah pada rompal dan sekarang disangga dengan gigi palsu. Mungkin para anak dan cucunya tidak tahu bahwa sang neneknya pernah merupakan gula-gula para Menteri dan para pengusaha proyek pemerintah tempo dahulu.

Ini adalah sebuah kualat atas ucapan PSK (Pekerja Sex Komersial) memangnya pelacuran merupakan sebuah profesi dan pekerjaan komersial ? Siapa yang membuat predikat PSK tersebut ? Yaitu pemerintahlah yang meresmikan predikat PSK tersebut. Alangkah bodohnya kita mau saja mengikuti dan membudayakan pelacur sebagai sebuah profesi pekerjaan dengan menyebutkan sebagai PSK. Sudahlah ganti saja PSK dengan pelacur.

Kalau ada warga yang terkaget-kaget dalam pembongkaran oleh Polisi RI tentang bisnis sampingan para artis yaitu melacurkan diri kepada para lelaki berduit, itu adalah ketinggalan informasi dan prostitusi pada kalangan artis sebenarnya sudah sangat biasa terjadi. Lalu mengapa baru sekarang Kepolisian RI membongkar kasus seperti ini ? Adakah ekstasi dibalik kantong ? Adakah upaya pencucian citra buruk Polisi ?

Darimana uangnya para artis wanita yang bergaya sosialita dengan sangat mudahnya bisa memiliki perlengkapan dompet berharga fantastis Rp. 100 juta dan tas seharga Rp. 400 juta, sepatu Rp. 500 juta ? Serta mobil mewah bermerek Porsche, Lamborghini dan Ferrari berharga Milyaran rupiah ? Easy come easy go kata orang Depok yang sok ke-Inggrisan. Penulis yakin jika siartis mendapatkan uang dengan sangat sulit mengandalkan murni perannya sebagai artis semata, dia tidak akan bisa semudah itu mengeluarkan uang besar jumlahnya hanya untuk memiliki sebuah dompet seharga Rp. 100 juta. Mikir, mikir, mikir dulu bro. Lalu mengapa ada beberapa artis yang dengan angkuhnya berani pamer kekayaan dengan perlengkapan pakaiannya berharga total sampai puluhan milyar rupiah sekali bergaya ? Layaknya nilai ratusan juta sebagai harga pembelian kacang saja ? Itu tadi "mudah didapat dan mudah pula perginya". Kalau dia si artis bisa menjual kacang dengan segala cara sampai ratusan juta rupiah pastilah asessories yang dia butuhkan akan seperti seharga kacang yang bisa dia jual juga. Mudah saja untuk meng-identifikasikannya.

Kita semua juga heran mengapa Polisi kita sekarang ini terlihat pamer prestasi, dan pamer pencitraan sampai-sampai yang selama ini mereka diamkan seperti kasus mucikari yang memiliki artis pelacur sebanyak 200 orang mulai kali ini mereka tangkap dan mulai membongkarnya. Ada apa gerangan ? Lalu media massa TV dan cetak juga turut serta mengumbar pemberitaannya seolah-olah turut serta membantu secara gratis pameran pembongkaran artis pelacur ini. Sadarkah para palaksana media bahwa mereka sedang dimanfaatkan secara gratis oleh sebuah kelompok yang lagi pamer pencitraan ?

Mengagetkan mucikari punya bahan baku Artis sebanyak 200 orang dan bertarif rerata Rp. 80 juta sampai Rp. 200 juta. Sudah sedemikian parahnya moral para artis kita sekarang ini. Lalu kita bertanya-tanya siapa gerangan pria konsumen mereka yang biasa dan bisa membayar dengan mudah uang sebesar itu ? Pastilah konsumen yang memiliki perolehan uang besar dengan cara Easy come easy go tadi.  Lingkaran siapa gerangan mereka ? Pastilah para pejabat pemerintah termasuk para Bupati dan Walikota, Gubernur dan petinggi pemerintahan, para pelaku usaha kontraktor berbagai proyek pemerintah, para anggota DPR, para anggota DPRD, serta para Bandar Narkoba yang belum tertangkap, juga para koruptor yang belum ditangkap, para Mafia (Migas, Hukum, Ekonomi), para penyeludup yang menggunakan oknum aparat penegak hukum, termasuk para oknum penegak hukum itu sendiri, para oknum hakim dan jaksa yang bermain transaksi ayat-ayat hukum, bahkan bisa juga para oknum dosen di perguruan tinggi, oknum pengacara, juga oknum para kepala sekolah tokoh penganjur ujian nyontek, oknum militer yang membacking bisnis haram. Termasuklah para turis asing berduit yang umumnya mereka membawa penyakit HIV.

Semakin terkenal sang artis, akan semakin mahal daya jualnya jika si artis mau melacurkan dirinya. Inilah wajah masyarakat Indonesia saat ini. Kemiskinan yang berkepanjangan diderita banyak rakyat mengakibatkan kemiskinan rohani dan berdampak serta berimbas kepada kemiskinan akhlak para pejabat petinggi Negara yang juga sudah melacurkan jabatan dan dirinya. Belum lagi predikat TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang senyatanya sebagai perdagangan wanita keluar negeri. Semoga Negara Indonesia tidak sedang dilacurkan oleh para pemimpinnya. (Abah Pitung)

Kalau Tidak Mampu Memimpin Bilang Saja.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun