Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Media Publik dan "Online" Lakukan Intoleransi Pemberitaan

15 Januari 2018   11:03 Diperbarui: 15 Januari 2018   12:03 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media publik Indonesia saat ini sangat dikuasai oleh para Kapitalis dalam negeri dengan back up dari pihak luar. Pihak luar juga ada kepentingan politik didalam negeri Indonesia. 

Malah para Kapitalis ini memiliki Partai yang dibiayai para Kapitalis di Indonesia. Jadi musuh bangsa Indonesia saat ini sedang berada didalam negeri dan diluar negeri. Selama berlangsungnya pemerintahan Joko Widodo-Jk, tidak ada sebuah pengawasan yang ketat terhadap berbagai intaian kepentingan asing dari pihak konspirasi kapitalis asing Barat (Zionisme) dan China (Komunisme). 

Intelijen kita terlihat lebih mengutamakan pengintaian kepada bangsanya sendiri terutama menginteli kepada ummat Islam dan beberapa organisasi Islam. Artinya untuk kepentingan siapa BIN di biayai oleh uang rakyat Indonesia, akan tetapi ditujukan hanya untuk menginteli ummat Islam yang membiayai BIN.

Dengan fokus program pembangunan Infrastruktur yang belum terencana baik dengan AMDAL yang benar dan objektif dilakukan oleh kekuasaan Joko Widodo, permasalahan pembangunan ekonomi rakyat terabaikan. 

Terbukti daya beli masyarakat semakin sangat lemah, sehingga mengganggu juga secara serius kepada industri kecil menengah yang mengandalkan pasar dalam negeri. Sedangkan kita sepakat bahwa ekonomi sector riil merupakan fundamental ekonomi Nasional dan terbukti ketika krisis ekonomi Indonesia pada 1997-2000  yang lalu.   

Program pembangunan infrastruktur untuk jalan toll seharusnya dijalankan dengan konsep bertahap, tidak harus dipaksakan wajib selesai seluruhnya dalam periode kekuasaan (pencitraan).

Sangat nyata bahwa beban hutang yang harus ditanggulangi oleh Negara menjadi sangat berat kedepan. Hutang Indonesia saja saat ini sudah mencapai Rp.4.274,0 triliun dan 75% ditujukan untuk pembangunan infrastruktur akibatnya ekonomi riil menjadi terkendala. 

Bahkan Dana Haji miliknya ummat Islam sudah dipakai dan dipinjam oleh kekuasaan Joko Widodo sebanyak Rp. 36,0 Triliun untuk pembangunan infrastruktur (entah kapan pengembaliannya). Padahal dana tersebut sangat dibutuhkan oleh ummat Islam Indonesia yang dikumpulkan kumulatif dari biaya Haji Nasional.

Sementara banyak pihak dikalangan pendukung kekuasaan yang memusuhi dan selalu intoleransi kepada ummat Islam, tapi dananya dipakai untuk mendukung kebutan infrastruktur.   

Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Per Januari 2017, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 320,28 miliar atau setara dengan Rp 4.274 triliun (kurs hari ini). Angka utang ini naik cukup tinggi dibanding bulan sebelumnya atau Desember 2016 yang tercatat hanya USD 316,40 miliar.

Infrasruktur yang fokus dibangunkan oleh pemerintah saat ini, sebenarnya tidak terlalu signifikan untuk bisa membangun ekonomi rakyat. Infrastruktur yang dibangun pemerintah saat ini hanya untuk memfasilitasi kepentingan industri investasi asing yang sebenarnya investasi asing itu hanya memanfaatkan nilai tambah yang mereka bisa dapatkan untuk berinvestasi di Indonesia terutama mereka hanya memanfaatkan pasar no.4 dunia yang cukup besar didalam negeri Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun