Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perjalanan itu... Jakarta Malang dengan Matarmaja

13 Mei 2015   18:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431515527785652524

Pada suatu waktu, sekumpulan mahasiswa dari Jakarta berkumpul di Stasiun Senen Jakarta Pusat. Mereka hendak melakukan kunjungan studi wawasan ke Malang, Bromo, dan Jogja. Mereka berjumlah lebih dari dua ratus orang lengkap dengan para pembinanya. Mereka hendak melaksanakan kunjungan akademik berbalut wisata wawasan. Tujuan pertamanya adalah Universitas (Negeri) Malang. Untuk mengadakan Seminar Bersama dengan Prodi Pendidikan Ekonomi yang berada di bawah Jurusan Ekonomi Pembangunan.

[caption id="attachment_383427" align="aligncenter" width="518" caption="dok. pri"][/caption]

Susahkah mengatur dua ratus orang? Tentu saja dibutuhkan kecerdasan memimpin bagi para pengatur rombongan. Semuanya ingin menjalani perjalanan yang nyaman dan sesuai keinginan (target) awal, maka harus ada pemimpin rombongan yang mengatur semuanya dengan tegas. Jangan ada pemimpin alternatif yang malah akan mengacaukan koordinasi perjalanan yang sudah diatur rapi. Beberapa mahasiswa dan mahasiswa yang memang memiliki kedekatan, mencoba untuk mencari momen-momen kedekatan yang lebih akrab diantara kerumunan pertemanan. Ada aja yang seperti itu.

Dengan kondisi yang sekarang, kereta ekonomi berpendingin sudah cukup nyaman. Hanya saja yang namanya mahasiswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Dengan demikian pengalaman berkereta api juga berbeda-beda. Ada yang baru pertama kali, ada yang sering, dan sebagainya. Perjalanan dari jam tiga sore sampai pagi menjelang siang di Stasiun Kota Malang memiliki drama tersendiri. Konon perjalanan bersama-sama selama tiga hari akan mengakrabkan seseorang dengan yang lainnya. Apalagi dalam perjalanan selama seminggu yang dijalani oleh sekelompok mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA ini.

Dengan menggunakan kaos “seragam” berwarna merah bertuliskan “Pekom Bersama”, maka kami merasa lebih aman dan nyaman. Karena warna kami senada dengan Partai Penguasa di negeri ini. Kaum urban di sekitar terminal dan stasiun menghargai merah dan merasa menjadi bagian dari merah, Kegiatan selfi dengan tongsis  bersama geng-nya masing-masing adalah kegiatan yang paling umum dilakukan. Kita hampir menguasai dua gerbong kereta malam itu. Beberapa teman terpisah di gerbong lain, karena kendala teknis saat pembelian tiket. Ketika waktu semakin malam, maka keisengan-keisengan pun mulai terjadi. Warga masyarakat yang tertidur dengan berbagai pose menjadi incaran. Bagi para masyarakat yang “jaim” ini merupakan kemaluan yang besar. Tetapi bagi orang-orang yang cuek dengan penampilan visual itu tidak akan berpengaruh. E-ge-pe, ujar mereka.

Sholat di kereta api bagi kaum muslim menjadi permasalahan juga. Karena jumlah air terbatas, maka bersuci dengan tayamum menjadi pilihan. Kalau urusan kiblat sudah ma’fu anhu (dimaafkan), sesuai dengan tempat duduk. Tapi yang dihindari adalah ada di depan orang yang sedang sholat, ini agak-agak horrible karena seakan-akan kita sedang di sholatkan :(. Mudah-mudahan semuanya dapat melaksanakan sholat bagi yang berkewajiban. Rombongan kami juga ada yang dari umat agama lain, yang bebas dari kewajiban itu.

Bogor, Amaroosaa Jl. Otto Iskandar Dinata Menjelang Magrib...


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun