Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammadiyah: Kebaikan yang Terorganisir

8 Agustus 2015   17:07 Diperbarui: 8 Agustus 2015   17:15 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kembali ke Makassar, demikian menurut beberapa tokoh Muhammadiyah. Karena Muktamar Muhammadiyah ke-47 ini merupakan kali kedua di Makassar. Muhammadiyah pernah melaksanakan Muktamar di kota Angin Mamiri itu tahun 1990, pada masa kepemimpinan kyai kharismatis yang sederhana KH A.R. Fakhrudin. Muhammadiyah adalah organisasi kaum urban yang sudah melewati batas-batas primordialisme dan mewarnai keberislaman dan kebernegaraan bangsa Indonesia.

Muktamar Muhammadiyah di Makassar dengan tuan rumah dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah/PWM (setingkat Provinsi) Sulawesi Selatan. Muhammadiyah memang memiliki struktur yang ada di setiap bagian pemerintahan. Mirip dengan “negara dalam negara”. Meskipun kadang dijumpai kejumudan kepemimpinan di tingkat ranting dan cabang Muhammadiyah karena proses pengkaderan yang lamban. Tidak heran jika banyak pengurus Muhammadiyah yang sering memiliki jabatan yang berangkap-rangkap. Di ranting menjabat ketua, di cabang sebagai pengurus bidang tertentu, dan di tingkat daerah juga memiliki jabatan pengurus. Belum lagi mereka itu juga memiliki jabatan di organisasi otonom ataupun di amal usaha.

Sampai saat ini Muhammadiyah terus berkembang, karena memiliki sistem pengkaderan yang terstruktur dan sistematis. Pengkaderan Muhammadiyah dilaksanakan dengan berbagai pintu; keluarga, organisasi otonom, dan juga amal usaha. Meskipun mengkader anggotanya untuk menjadi kader organisasi, namun khidmah pengabdian Muhammadiyah yang paling besar adalah kepada bangsa Indonesia. Muhammadiyah akan senantiasa terus melayani bangsa Indonesia pada berbagai bidang, dengan tidak membeda-bedakan ras, agama, maupun kemuhammadiyah atau ke NU an seseorang. Misalnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia bagian timur lebih banyak mahasiswanya dari non muslim. Demikian pula rumah sakit Muhammadiyah berusaha menanamkan pelayanan rumah sakit yang islami, tanpa meminta kepada pasien untuk berdoa ala umat Islam jika pasiennya bukan Islam.

Keluarga merupakan yang utama dalam pengkaderan Muhammadiyah. Mengajak keluarga untuk berislam sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah, serta mampu menghadapi tantangan jaman yang terus berubah, atau dengan kata lain berislam yang “berkemurnian dan berkemajuan”. Bagaimana untuk bermuhammadiyah secara paripurna? Muhammadiyah sudah menerbitkan buku Pedoman Hdup Islami Warga Muhamamdiyah yang bisa di unduh versi e-book nya di dunia maya, terutama di www.muhammadiyah.or.id. Muhammadiyah sangat terbuka dalam berinteraksi dengan umat dari agama maupun organisasi lainnya. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah bisa digunakan siapapun yang memang ingin hidup berdasarkan ajaran Islam yang berkemurnian dan berkemajuan. Segala yang dilakukan akan dirujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah yang terpercaya. Itu artinya, Muhammadiyah memiliki ideologi yang terbuka, bisa diakses oleh organisasi kemasyarakatan Islam lainnya bahkan dari seluruh dunia.

Organisasi Otonom (ortom) adalah jenjang pengkaderan yang sudah tersegmentasi. Ada untuk kalangan pelajar, mahasiswa, pemuda, pemudi, ibu-ibu, pengurus beladiri, dan kepanduan. Mereka adalah kader-kader Muhammadiyah yang khusus dengan spesialisasi yang khusus. Jika berkarir di organisasi otonom sampai ke tingkat pusat. Misalnya dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tingkat komisariat, cabang, daerah, dan pusat, maka kebermuhammadiyahannya diyakini akan mumpuni. Mereka-mereka itu kemudian akan punya kesempatan untuk berkarir di bidang politik atau di organisasi Persyarikatan Muhammadiyah.

Muhammadiyah cukup terkenal di Indonesia. Tetapi sedikit sekali yang mengenal bagaimana Muhammadiyah bisa berkembang sampai seperti sekarang ini. Keberhasilan Muhammadiyah tidak terlepas dari kesungguhan (jihad) para pengurus Muhammadiyah pada berbagai level.

Muhammadiyah kini terus menerus berkembang. Keberhasilan perkembangan tersebut tidak lepas dari ide cemerlang KH Ahmad Dahlan untuk memajukan Islam dengan cara mendirikan organisasi. Dengan tertib organisasi akhirnya Muhammadiyah meluaskan cara dakwahnya ke berbagai bidang. Selain pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial.

Muhamammadiyah juga pernah terjun ke politik praktis, namun ternyata itu bukan dunia Muhammadiyah. Sehingga sampai kini Muhammadiyah berpolitik, tetapi tidak berpolitik praktis yang berafiliasi dengan partai. Bahasan Muhammadiyah dan Politik memang paling seksi untuk dibahas, dan biasanya orang-orang penasaran untuk membandingkan dengan Nahdhatul Ulama dalam kiprahnya di dunia politik. Bisa dibaca buku karangan beberapa penulis kawakan tentang Muhammadiyah dan Politik ini. Kedekatan Muhammadiyah dengan politik akan terus menerus terjadi, karena sampai sekarang banyak kader-kader Muhammadiyah yang terjun ke politik praktis dengan menjadi pengurus partai, dari partai-partai yang sudah mapan maupun terjun langsung menjadi pendiri partai-partai baru yang belum masuk ke bursa Pemilihan Umum.

Hal yang unik dari Muktamar Muhammadiyah adalah fenomena “penggembira”. Apakah itu penggembira? Ini adalah bahasa khas kalangan Muhamamdiyah untuk merujuk kepada warga Muhammadiyah yang ikut hadir di Muktamar, walaupun mereka bukan peserta Muktamar yang diundang hadir. Saat Muktamar Muhamamdiyah di Jogja tahun 2005, semua hotel di Jogja tidak mampu menampung jutaan warga Muhamamdiyah yang datang sebagai peserta dan penggembira. Dimana mereka menginap? Mereka menginap di amal usaha muhammadiyah (sekolah, kampus dan lainnya) atau bahkan di bis. Muhammadiyah adalah organisasi kalangan muslim urban secara mayoritas, maka ketika Muktamar digelar, pengusaha-pengusaha Muhammadiyah mulai dari tingkat gurem sampai tingkat nasional juga turut serta menggembirakan Muhammadiyah dengan berjualan, ada yang menggunakan stand resmi panitia atau tidak resmi selayaknya pedagang kaki lima. Muktamar bisa menggerakan ekonomi tuan rumah, seperti juga Makassar dan sekitarnya, pasti akan kebanjiran penggembira. Satu rombongan dari Jakarta bahkan menancapkan target yang fenomenal, mencapai Toraja.

Sebagai organisasi yang terorganisir, tentu saja konsolidasi terus menerus dilaksanakan oleh panitia Muktamar Muhammadiyah agar bisa melayani peserta dan penggembira dengan sebaik-baiknya. Beberapa fasilitas pemerintah dan juga fasilitas Universitas Muhammadiyah Makassar dikebut pembangunannya untuk menyambut Muktamar. Tokoh-tokoh Muhammadiyah asal Makassar seperti Wakil Presiden Yusuf Kalla dan lain-lain juga turut menyumbang tenaga dan pikirannya untuk keberhasilan Muktamar Muhammadiyah Makassar ini.

Objek-objek wisata di Makassar dan di Sulawesi pada umumnya. Pasti akan kebanjiran pengunjung. Terutama kalangan penggembira yang kebanyakan baru pertama kali menginjak bumi Sulawesi. Konon tiket pesawat menuju Makassar pada tanggal-tanggal pelaksanaan Muktamar sudah habis alias Sold Out, terutama dari daerah kantong-kantong warga Muhammadiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun