Mohon tunggu...
Purnama Syaepurohman
Purnama Syaepurohman Mohon Tunggu... Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, Sustainability provocateur, open mind, Edukasi, Literasi Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peluang kemajuan Pendidikan Tinggi di Asia dan Afrika

28 Januari 2025   09:36 Diperbarui: 28 Januari 2025   09:36 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

UNESCO adalah lembaga di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani bidang Pendidikan dan Kebudayaan. ICHEI adalah lembaga di bawah UNESCO yang mengelola inovasi perguruan tinggi. Jika UNESCO berlokasi di New York, maka ICHEI memiliki markas di China, tepatnya di No. 1088, Xueyuan Blvd., Xili, Nanshan District, Shenzhen, Guangdong, China. Selanjutnya adalah IIOE, The International Institute of Online Education adalah sebuah inisiatif dari UNESCO-ICHEI, yang bekerja sama dengan perguruan tinggi -- perguruan tinggi di negara -- negara berkembang di Afrika dan Asia, yang bermitra dengan perusahaan -- perusahaan dan perguruan tinggi di China. Proposal dikembangkan atas dasar kerangka kerja the Belt Road initiative pada aspek "talent cultivation" dan pembuatan mekanisme pembangunan kooperatif lintas negara yang menggambarkan spirit Jalur Sutera "perdamaian dan kerja sama, keterbukaan dan inklusifitas, pembelajaran bersama dan keuntungan bersama". Jika ditelusuri pada situs ini, banyak pakar terlibat dari Asia dan Afrika yang memimpin manajemen UNESCO ICHEI.

PBB sebagai lembaga tradisional global banyak berkiprah untuk umat manusia dengan berbagai aktifitasnya. Berbagai aktifitas PBB ditujukan untuk kemanusiaan universal yang lebih baik. UNESCO ICHEI dan IIOE nya selaras dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, yaitu aspek ke 4 yaitu "ensure inclusive and equitable quality education and promote lifelong learning opportunities for all" (menjamin mutu pendidikan yang inklusif dan setara dan mempromosikan kesempatan pembelajaran sepanjang hayat bagi semua).

Sebagai negara besar, China bisa memimpin dunia dengan cara yang berbeda. Pendekatan yang dilakukan dengan ICHEI adalah salah satunya. China menyatukan negara-negara berkembang di Asia dan Afrika melalui satu wadah. Kemudian digandeng pula perusahaan-perusahaan China, agar bergabung. Memberikan kontribusi pada pendidikan tinggi di Asia dan Afrika. Kegiatan yang dilaksanakan oleh IIOE berupa produksi pengetahuan, pembangunan kapasitas, dukungan teknis, dan berbagi informasi.  Pada bulan depan, terdapat acara webinar yang menarik, dengan tema Higher Education Leadership in the Era of AI: Practical and Data-Driven Approaches from the Digital Education Council dengan narasumber Danny Bielik dan Alessandro Di Lullo.

Pendidikan tinggi secara daring di Indonesia didominasi oleh Universitas Terbuka. Menurut data daring di media, diketahui bahwa UT Indonesia adalah pemimpin di IIOE pada tahun 2025. Rotating Precidency Unit 2025 adalah Prof. Ojat Darojat, M. Bus., Ph.D. Yang juga menjabat sebagai Deputi Kemenko PMK pada 14 Januari 2025.  Perguruan Tinggi selain UT yang ingin melaksanakan pendidikan secara daring harus memperoleh ijin resmi dari pemerintah, baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Pemerintah memberi peluang untuk pendidikan tinggi yang melaksanakan kegiatan secara Pendidikan jarak Jauh (PJJ), Pendidikan Model Hibrid, dan Pendidikan Rekognisi Pengalaman Lampau, selain Pendidikan Kelas Reguler. Bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui jalur pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah yang melaksanakan kegiatan ini adalah USM, Universitas Siber Muhammadiyah yang berpusat di Yogyakarta.

Kecenderungan dari warga negara Indonesia untuk menembus jalan pintas, cara instan, adalah sangat tinggi. Terbukti dengan adanya kasus-kasus jual beli ijazah pada masa lalu. Penghargaan terhadap gelar akademik sangat tinggi, bahkan para politikus dan pejabat negara sangat bangga jika menyandang gelar Profesor/Guru Besar. Salah kaprah sering terjadi. Seseorang ahli agama (Islam) atau ahli pengobatan (tradisional) mencantumkan gelar Profesor di depan namanya. Kesenjangan literasi di masyarakat menyebabkan masih maraknya pemberian gelar profesor dan doktor kehormatan, yang diakui publik dan dicantumkan di kartu nama, padahal gelarnya tidak dapat diverifikasi oleh Kemendiktisaintek. Ijasah lulusan perguruan tinggi di Indonesia saat ini sudah dapat diketahui secara publik, sedangkan ijasah perguruan tinggi luar negeri, akan melalui proses penyetaraan ijasah di kementrian.

Hal itu penting untuk menunjukkan reputasi maupun keahliannya di depan publik. Gelar tersebut bisa dibeli dari lembaga-lembaga yang menawarkannya. Pada informasinya menyatakan berpusat di Amerika Serikat. Itulah kapitalisme. Jika ada permintaan, maka akan ada penawaran. Profesor yang asli, hanya diberikan oleh pemerintah secara resmi, dengan tanda tangan dari pejabat yang resmi dan nomor resmi. Profesor kehormatan (honoris causa) bisa di berikan oleh perguruan tinggi yang memiliki program doktor yang terakreditasi A atau Unggul. Selain itu adalah bodong.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun