Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solidaritas Wuhan

6 Februari 2020   07:43 Diperbarui: 6 Februari 2020   13:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu tempat yang pernah kita kunjungi, akan memberikan kenangan di memori, baik atau buruknya. Begitupula kota-kota atau daerah yang pernah kutinggali selama perjalanan hidupku ini.

Setelah meninggalkan kampung kelahiran, maka aku pun pernah mencicipi udara dan air di daerah Ponorogo selama lima tahun. Sebuah daerah yang berbeda sekali dengan kampung kelahiranku di Jawa Barat, yang serba Sunda dan Persib. Kemudian nasib juga membawaku ke Kertosono, sebuah daerah yang berangin kencang. 

Di sini belajar menata diri sebagai pendidik muda. Dibimbing seorang ustadz yang menjadi kyai besar disini. Lalu ke Jakarta bagian timur, berguru secara formal maupun informal. Berguru di organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bersama kultur yang menaunginya. 

Setelah itu ke Sleman, Yogyakarta, menempuh studi lanjut, mengenal lebih jauh penelitian kualitatif, mendewasakan cara berfikir dan meluaskannya, di kota yang multikultural, miniatur Indonesia.

Dua belas minggu pernah tinggal di dekat pasar Sanglah Bali, menuntut ilmu Bahasa Inggris, bersama rekan seperjuangan. Menyelami pulau Dewata dengan kedalaman budaya Hindunya. 

Dua belas minggu juga pernah tinggal di Palmerstone North, Selandia Baru. Memahami pendidikan dasar, atas biaya pemerintah bersama-sama 20 teman dosen. Mengalami jadi anak homestay, persiapan menuju studi lanjut luar negeri. Akhirnya sampailah ke kota Wuhan. Studi lanjut tiga tahun disini.

2011 bulan dua, menginjakkan kaki di kota ini. Banyak kenangan tertinggal selama menuntut ilmu disini. Bersama teman-teman senasib dan seperjuangan, se-Indonesia. Merintis didirikannya perkumpulan mahasiswa Indonesia. 

Sebelumnya sudah ada, namun tidak bersatu. Maka dengan dibentuknya secara resmi Persatuan Pelajar Indonesia Tiongkok, maka cabang Wuhan-pun didirikan. Sebelumnya mungkin sudah ada, tapi belum begitu menggaung.

Ya sudahlah, daripada mencerca orang, lebih baik menyalakan lilin. Semangat Wuhan, Semangat pelajar Indonesia di Wuhan, Semoga Tiongkok bisa dapat recovery dari kasus ini. Karena Indonesia mitra dagang yang saling membutuhkan. 

Kelumpuhan ekonomi Tiongkok akan berdampak pada ekonomi global, demikian pula Indonesia. Yang mana fondasi ekonominya masih banyak ditopang oleh pihak eksternal. 

Eforia media sosial, membuat semua orang bisa menjadi pakar apa saja. Saya bukan bagian dari itu. Saya memahami sedikit sekali tentang virus, maka posisinya membaca dan memahami dari pakar "asli", lebih baik, daripada berbagi rumor dari pakar "kawe" yang sekarang menjamur. Ataupun para pemuka agama yang tidak paham ilmu virus, tiba-tiba mengupas virus dari aspek ilmu kesehatan. Bisa menyesatkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun