Menempa Diri di Tengah Ketidaksempurnaan
Saya merasa tertantang untuk menghadirkan suasana Mesir yang megah di tengah sekolah kami di Menteng. Tapi di balik semua keindahan itu, kami menghadapi berbagai hambatan. Salah satunya saat harus mengubah maskot utama dari dewa Anubis menjadi Thoth. Awalnya, kami sudah membuat desain, logo, dan konsep besar dengan maskot Anubis, namun karena khawatir akan muncul salah paham, maskot akhirnya diganti. Semua hasil kerja yang sudah hampir selesai harus direvisi dan diulang, mendorong mundur deadline.
Perubahan itu membuat kami kelelahan dan sempat kehilangan semangat. Tapi dari situ saya belajar sesuatu yang penting, dalam hidup tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan dan kitalah yang harus membuka hati dan beradaptasi akan perubahan tersebut. Ada saatnya kita harus menyesuaikan diri dan menurunkan ego agar tujuan bersama tetap tercapai. Di situlah saya belajar arti kepemimpinan yang sesungguhnya.
Menjadi pemimpin bukan berarti harus selalu benar, tapi mampu mendengarkan dan berani mundur apabila salah demi mencapai tujuan bersama.
Selama persiapan, saya juga banyak berinteraksi dengan panitia dari berbagai tingkat, termasuk adik-adik SMP. Awalnya tidak mudah, karena cara kerja mereka tentu berbeda. Tapi justru di situlah kami belajar untuk sabar dan menghargai perbedaan. Kami belajar bahwa bekerja dalam tim bukan soal siapa yang paling hebat, melainkan bagaimana semua bisa saling melengkapi.
Malam-malam panjang kami lalui dengan membawa kawat di tangan dan mata yang mulai berat karena lelah. Namun setiap kali kami melihat hasil kerja mulai terbentuk dari dekorasi kain di langit hingga mural hieroglif yang terpasang di dinding sekolah, semangat kami kembali menyala. Semua kerja keras itu akhirnya terasa terbayar saat melihat wajah peserta dan penonton yang kagum pada hasilnya.
CC Cup bukan sekadar kompetisi antar sekolah. Di sana, kami belajar tentang sportivitas, kerja sama, dan daya juang. Kami belajar menerima kekalahan tanpa putus asa, dan merayakan kemenangan tanpa merendahkan. Di lapangan, kami berhadapan, tapi di luar lapangan kami saling mendukung. Bukan hanya untuk peserta, bukan saja untuk panitia, tetapi untuk semua pengujung dan yang ikut serta dalam acara ini.
CC Cup mengajarkan bahwa menjadi pemenang bukan soal skor, tapi soal karakter.
Jika Bisa Diulang, Aku Pasti Akan
Melihat kembali perjalanan CC Cup XL 2025, saya sadar bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar pertandingan atau perlombaan. Di balik sorak penonton dan gemuruh musik, ada proses panjang yang membentuk kami menjadi pribadi yang lebih kuat. Walau lelah dan capek, apabila diberi kesempatan untuk ikut serta akan pastinya saya ambil lagi.