Mohon tunggu...
Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum
Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum Mohon Tunggu... -

Seorang gadis yang bernama: \r\n\r\n- "Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum" atau "AAPP"\r\n\r\n- Menyukai hal-hal yang berkaitan dengan seni, budaya, IPTEK, sosial, komunikasi, anak-anak, dan semacamnya. \r\n\r\n- Mahasiswi sekaligus Public Relation.\r\n\r\n- Ada yang bisa menambahkan tentang saya lagi?\r\n\r\n\r\n*****\r\n\r\n\r\n\r\nhttp://aapp17.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kontras-nya Kehidupan

3 September 2010   06:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja. Sepersekian menit. Melihat seorang bapak tua dengan wajah menunduk dari sengatan matahari pukul 13.29 WIB. Sangat terik. Beliau mendorong gerobak sampahnya. Dengan pakaian "SOR"-nya. Entah darimana rutenya.

Saya. Di tempat yang lumayan dingin. Terhalang dari teriknya sengatan matahari. Sedang tidak bersusah-susah seperti beliau.

Seketika saya termangu. Merenung secepat asa. Menulis apa yang saya rasa. Hingga adanya olah rasa yang berguna.

Pembelajaran untuk akhir bulan.

*KONTRAS*

- Jangan cepat berputus asa ya, Git...

- Jangan menyerah

- Terus berjuang untuk kehidupan yang lebih baik

- Tidak ada alasan untuk kita tidak bersyukur

Lihat kehidupan bapak itu, bukankah Tuhan telah menunjukkan bukti bahwa kehidupan itu tidak selamanya senang. Ada kala susah, duka, jatuh. Dan semua itu berputar, Git. Takdir. Ya. TIDAK ADA ALASAN UNTUK KITA TIDAK BERSYUKUR. Kita masih diberi kesempatan untuk bernafas saja, seharusnya itu sudah bisa meyakinkan kita untuk bersyukur. Pada dasarnya hidup itu hanya proses menuju kematian. Kembali pada-Nya. Tidak ada suatu malapetaka yang diturunkan Tuhan untuk umat-Nya. Dia menyayangi kita semua. Hanya terkadang nafsu dan ego kita sebagai manusia-lah yang membuat kita berpikir seolah-olah kita berada dalam kekurangan dan keterpurukan.

Maka, nikmat mana lagi yang kau dustakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun