Mohon tunggu...
AANG JUMPUTRA
AANG JUMPUTRA Mohon Tunggu... Freelancer - Admin Social Media
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyajikan konten yang cerdas, terupdate, dan terlengkap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Omong

18 Mei 2020   19:03 Diperbarui: 18 Mei 2020   19:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JC Tukiman Taruna 

Pengampu MK Community Development Planning

O M O N G

JC Tukiman Taruna

Pengampu MK Community Development Planning

Dewasa ini telah dan sedang berjangkit kecenderungan kurang kesatria dalam bermedia sosial demi mengejar popularitas diri (baca: viral), yaitu Omong Asal Omong (OAO). Berkat OAO, seminggu viral, namun satu minggu berikutnya digeruduk netizen, satu minggu nangis-nangis minta maaf, dan minggu berikutnya kemungkinan berhadapan dengan permasalahan hukum.  

Jadi, hanya dalam hitungan minggu atau bulan saja, orang yang awalnya menepuk dada karena memiliki banyak pendukung seraya OAO-nya menjadi-jadi, fase berikutnya bisa jadi orang itu meraung-raung minta maaf seribu maaf atas kesalahannya atau mengakui  kebodohannya, dsb. Sangat pendek umurnya: Kalau pun (pernah) terkenal, hanya sekejap saja orang berada dalam ketenarannya, habis itu dihujat atau bahkan mungkin kena sanksi hukum  atas omongannya itu.

Perihal omong, -tepatnya bicara- , tokoh terkenal Kahlil Gibran (dalam Sang Nabi-nya) mengajarkan empat hal sangat mendasar, dan sangat pantas kalau kita belajar tentangnya. 

Pertama, bicara atau omong itu sebaiknya membawa kedamaian pikiran. "Engkau bicara, jikalau tak menemukan kedamaian dengan fikiran, yaitu tiada tahan lagi bersembunyi diri dalam hati; maka kauhidup dengan bibirmu; dan suara katamu menjadi hiburan perintang kalbu." 

Gibran mengingatkan,  terlalu banyak omong orang akan tergoda menjadi OAO, setengah fikiran tenggelam binasa, bagaikan angkasa semesta yang terkurung dalam kalimat dan kata, sehingga ia tidak akan mampu terbang ke angkasa raya. Omong harus membawaserta kedamaian fikiran.

Kedua, jangan takut kesepian. Banyak orang bicara/omong karena takut kesepian, maka ia mencari teman yang juga gemar bicara. Mengapa orang takut kesepian? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun