Suatu hari Jalayin sedang mengobrol dengan temannya. Â Obrolan sore hari menuju senja. Sang teman menanyakan sesuatu hal kepada Jalayin.
"Kenapa dikau jarang membuat status yang ranahnya pribadi. Misalnya status asmara dan pasangan, status liburan, status curhatan dll?"
Jalayin tersenyum tipis. Ia memandang langit-langit rumah lalu menjawab,
"Bagi saya sebuah status di media sosial layaknya tamu. Maka karena tamu harus dihidangkan yang baik buat tamu. Harus yang sekiranya bermanfaat bagi si tamu. Saya lebih suka membuat status yang berisi nasihat karena bagi saya nasihat bisa dibawa pulang ke fikiran masing-masing. Bisa menjadi nyala cahaya bagi si tamu. Saya jadi ingat perkataan Imam Al Ghozali 'Hadiah terbaik adalah Nasihat'. Saya harap ketika membuat status itu dalam rangka memberi hadiah. Memberi kebahagiaan. Memberi pencerahan. Tentu dalam kadar sebisa dan setahu saya saja."
"Saya jarang membuat status asmara dan pasangan, status liburan atau status yang ranah pribadi lainnya karena bagi saya status semacam ini lebih baik ditaruh di dapur sebab orang lain aslinya tidak butuh dengan hal-hal apa yang kita lakukan. Ditaruh didapur dulu karena harus diolah dulu. Jangan sampai kita malah menambah masalah orang lain sebab masalah kita. Kesedihan dan kepedihan kita kalau bisa orang lain jangan sampai tahu sebaliknya kebahagiaan, tawa dan motivasi sebisa mungkin kita hidangkan pada orang lain. Saya juga takut andai kita menghadirkan kemewahan, asmara, dan wujud ria lainnya membuat sifat dengki dan iri hadir sebab itu sama saja saya menghidangkan hal busuk. Artinya andai media sosial adalah tamu maka Bukankah kita harus memuliakannya dengan hidangan terbaik?"
Siap menghidangkan hal terbaik bagi tamu media sosialmu?