Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berposisi Menjadi Pendamai dan Berlaku Adil pada Saat Berperang

29 Oktober 2017   12:43 Diperbarui: 29 Oktober 2017   12:46 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia yang multi wajah,multi etnis,multi suku,multi ras,multi budaya dan juga multi pemikirannya sangat mudah untuk dibenturkan satu sama lain.Entah itu agama x VS agama x,suku VS suku,ras VS ras,politik VS politik atau yang lainnya.Keberagaman kita terancam sekali jika kita satu sama lain tidak mengerti sejauh mana kita berposisi dan bersimpati.

"Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tetapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.Kalau dia telah surut,damaikanlah antara keduanya menurut keadilan.Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil"Al hujurat : 9

Penulis mentadabburi ayat ini untuk Indonesia.Kuncinya pada kata "beriman","damaikan","perjanjian","perintah Allah","mencintai".

Allah memerintahkan manusia untuk bertaqwa kepadanya.Goalnya adalah menjadi muslim.Tetapi dilain ayat,Allah juga memerintahkan muslim untuk menghormati agama lain."Lakum dinukum waliyadin".Untukmu agamamu dan untukku agamaku.Duaperintah ini sejalan dengan apa yang kita alami selama ini di Indonesia.Menjadi muslim yang sejalan dengan ayat "taqwa",dan menjadi "Indonesia" yang sejalan dengan ayat "lakumdinukum waliyadin".

Problem muncul ketika dua posisi ini tidak dicermati dan dipahami betul-betul,sehingga akhirnya yang keluar adalah pembenaran dirinya sendiri.Merasa paling benar sendiri sedangkan yang lain salah.Padahal di ayat tersebut justru,Allah menekankan pada asas perdamaian.menjadi pendamai.Menjadi pejuang yang menyatukan setiap perpecahan.Menjadi penyatu diantara yang berkelahi.

Berperang juga makin kompleks yakni tidak hanya mengangkat senjata dan saling membunuh satu sama lain.Berperang sekarang sudah menyangkup perang media sosial yang wujudnya saling adu jotos argumen bahkan sampai menghina satu sama lain,perang asimetris,perang pemikiran,perang propaganda,perang penguasaan negara,perang politik dan perang yang lainnya.

Posisi kita harus menjadi pendamai.Posisi kita harus berusaha mengeratkan kembali ikatan yang putus.Posisi kita harus ramah,santun dan menggembirakan kedua belah pihak.Artinya kita dilarang berperang tanpa alasan yang bisa dibenarkan agama,yang padahal ada perjanjian yang mengikat kita bersama di Indonesia.

Allah juga menyuruh kita "memerangi" pihak yang melanggar perjanjian supaya kembali ke perjanjian semula.Terserah kalian menafsirkan dengan "Indonesia","Pancasila" atau "Nusantara".Harus ada tujuan yang akhirnya adalah perdamaian semua pihak.

Sampai akhirnya kita benar-benar harus mengerti bahwa Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.Yaknimenempatkan dirinya dengan seobyektif mungkin dalam menilai suatu persoalan.Bukanmalah terjebak pada penilaian subyek atau penalaran lakon semata.Jangan lupa,bahwa Saat Allah mencintai itu artinya cinta yang sebenarnya.Endingnya, Allah akan menolong kita dan membahagiakan kita.Alangkah beruntungnya orang yang menjadi pendamai dan bisa berlaku adil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun