Mohon tunggu...
Ahmad Damanhuri
Ahmad Damanhuri Mohon Tunggu... Administrasi - Iman dan amal harus seiring
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

aktivis sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesantren Sudah Jadi Tujuan Pendidikan, Santri Harus Terdepan Melawan Narkoba dan LGBT

19 Juli 2019   11:20 Diperbarui: 19 Juli 2019   11:44 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enam Lingkung--Narkoba telah merambahi semua komponen masyarakat. Hanya kelompok santri yang belum terdengar terlibat barang terlarang yang merusak masa depan anak bangsa tersebut. Kenapa demikian? Santri selalu diajarkan nilai-nilai luhur dan akhlakul kharimah. Untuk itu, santri diharapkan mampu jadi kelompok terdepan yang melakukan perlawanan terhadap hal itu.


A. Damanhuri, mahasiswa kelompok I Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang menyampaikan hal itu, Selasa lalu di Pondok Pesantren Darul Ikhlas, Batang Kapecong, Korong Simpang Tigo, Nagari Toboh Ketek, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman. 

Menurut dia, pendidikan pesantren kini bukan lagi dianggap sebagai pelarian. Para orantua anak dan masyarakat telah menjadikan pesantren sebagai tujuan kelanjutan pendidikan anaknya.

Lihatlah, lanjutnya, betapa lembaga pesantren saat ini jadi serbuan orangtua anak dalam melanjutkan pendidikan. Sebut saja pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan yang tiap tahun nyaris menolak santri lantaran kuota penuh atau daya tampung tak lagi sanggup saking banyaknya santri yang akan mondok.


Damanhuri bersama seluruh mahasiswa KKN kelompok I yang hadir dalam wirid rutin di pesantren Pimpinan H. Suhaili Tuanku Mudo ini menjelaskan, kemajuan zaman tak pelak lagi membuat perubahan begitu kencang melanda sisi kehidupan masyarakat. Namun, apa yang terjadi saat ini adalah gambaran peristiwa masa lampau.


"Contoh, maraknya Lebian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) adalah peristiwa yang sangat penomenal zaman dulu. Dulu, ketika zaman Nabi Lut, terkenal perempuan kawin dengan perempuan, dan laki-laki juga kawin dengan laki-laki. Dan Allah Swt marah, membalikkan bumi, sehingga kaum Nabi Lut hancur dan punah," ungkapnya.


Hanya saja, kata Damanhuri, namanya dipercantik. Sekarang yang trend itu LGBT. Orang merugikan negara disebut korupsi dan perbuatan buruk lainnya yang namanya dikesankan 'indah'. "Santri yang saban hari bergelud dengan kitab kuning, kajian berbagai problematika kehidupan masyarakat harus jadi terdepan melawan yang namanya narkoba, LGBT dan perbuatan lainnya," sebutnya.


Damanhuri mengajak keluarga besar Pesantren Darul Ikhlas untuk bersama-sama memberikan yang terbaik di tengah masyarakat Toboh Ketek. "Kita lebih satu bulan melakukan KKN di Simpang Tigo ini. Sebanyak 19 orang dari Fakultas Hukum, Ekonomi, Pertanian dan Matematika. Kita mohon bantuan. Sebab, masyarakat lebih mahir berladang dan bersawah, lebih pandai dengan tatanan sosial kemasyarakatan atau yang lebih dikenal dengan tatanan adat salingka nagari," sebutnya.


Pimpinan Pesantren Darul Ikhlas Suhaili Tuanku Mudo menyambut baik apa yang dilakukan mahasiswa KKN. "Mari kita sama-sama menyebarkan nilai-nilai luhur yang pernah berkembang dulunya. Sebagai masyarakat yang terus berkembang, jelas berbagai persoalan juga melilit kehidupan masyarakat," katanya.


"Kuncinya, kita harus banyak bersyukur. Kalau kita hitung nikmat Tuhan, sungguh tak akan sanggup kita untuk menghitungnya. Untuk itu perbanyaklah bersyukur, mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa," harapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun