Mohon tunggu...
Rudi Handoko
Rudi Handoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalau Sudah Tiada Baru Terasa! Bahwa Kehadiran Sungguh Berharga

25 April 2011   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:26 2757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kalau sudah tiada baru terasa! Bahwa kehadirannya sungguh berharga," demikian lirik lagu Bang Haji Oma Irama.

Terkadang kehadiran seseorang baru berarti bagi kita ketika orang tersebut sudah tiada, jauh, menghilang dan pergi meninggalkan kita. Sama halnya dengan sesuatu yang lain yang berharga bagi kita, ternyata keberhargaannya baru terasa ketika sesuatu itu sudah tak lagi kita miliki.
Memang penyesalan selalu datang terlambat! Sebagaimana betapa berharganya seseorang atau sesuatu. Ketika itu semua sudah tiada kita miliki lagi, sudah menjauh dan sudah meninggalkan kita, kita baru tersentak-termenung, mungkin menangis dan menyesali.
Padahal, ketika sesorang atau sesuatu masih ada di dekat kita, masih terlihat dan masih kita rasakan keberadaannya, mungkin kita tak memedulikan, cuek atau dalam beberapa hal tak jarang malah menyakitinya.

Saya ingin berbagi kisah, kisah tentang penyesalan seorang anak. Anak itu mungkin saya, anda dan kita semua!
Ketika kecil, kita dibuai dan dibelai lembut, ibarat kata Emakku…"membesa’kan kita’ tu dari telapak kaki maseh selebar dua jari." (artinya membesarkan kalian itu [anak-anaknya] dari telapak kaki masih selebar dua jari tangan).
Ketika beranjak remaja, kita di asuh, dimanja, mungkin juga "dimarahi" (baca: dinasehati karena sayang) dan termasuk diberi pendidikan, agar menjadi orang berguna serta dapat menjalani hidup dengan layak! Seperti kata Bapakku…"udahlah kamek ni ndak sekolah, jangan sampai pula’ kita’ semue ni ndak sekolah." "Kita’ haros lebeh pintar." (artinya sudahlah kami ini [orang tua] tidak sekolah, jangan sampai kalian juga tidak bersekolah. Kalian harus lebih pintar).
Semakin beranjak dewasa kita, bahkan tamatlah sudah pendidikan kita, mampu sudah mandiri dan survive dalam kehidupan! Sekarang kita berada jauh dari keduanya! Saking sibuknya kita, bahkan mungkin hanya setahun sekali kita pulang menjenguknya, itupun pada hari raya. Betapa berbinar dan berkaca-kaca mata mereka melihat anak-anaknya kembali pulang, terlebih lagi menjadi orang yang "berhasil."
Semakin jauh kita melangkah, mungkin sebagian dari kita ada yang sukses besar dan ternama. Semakin sibuk kita, bahkan kalau sebelumnya masih sempat kita pulang mengunjungi setahun sekali. Kali ini tiada waktu lagi karena kepadatan jadwal dan aktivitas kita.
Suatu waktu ada kabar dari tanah kelahiran kita, bahwa keduanya atau salah satu darinya rindu hendak bertemu. Tapi kita hanya bilang, "maaf Mak, maaf Pak,…aku lagi sibuk, pekerjaanku menumpuk!"
Kemudian, datang lagi berita berikutnya,…kali ini keduanya atau salah satu diantaranya sedang sakit dan mengharapkan kita hadir menjenguknya. Bukan sekedar menjenguk, tapi karena mereka rindu sekali pada wajah anak-anaknya! Mereka rindu keceriaan masa kecil dan senyum polos anak-anaknya atau rindu dengan perhatian anak-anaknya. Rindu pada perhatian dan kasih sayang yang seperti pernah mereka berikan pada kita!
Namun, kita beralasan, "waduh…Mak…waduh Pak, sekarang tak bisa menjenguk. Ada pekerjaan yang mendesak dan harus diselesaikan, kalau tidak proyek-ku atau karir-ku atau jabatan/posisi-ku akan terancam."
Tiba-tiba datang kabar dari kampung halaman kita,…"orang tuamu sudah berpulang nak!"
Dengan terburu-buru, bergegas kita pulang,…! Sesampainya,…kita hanya melihat jasadnya atau pusaranya. Menangis tersedulah kita, menyesal betapa kita sia-siakan waktu yang ada, menyesal betapa kita merasa tak pernah membahagiakan orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Baru kita tersedar dan berurai air mata, betapa kita kehilangan mereka, betapa terasa kehilangan itu membuat hancur jiwa dan mendatangkan penyesalan yang tak terobati seumur hidup kita.
Ummi..ummi..ummi...Abi!

Baybar Roodee

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun