Atau jangan-jangan, kita tidak perlu merisaukannya karena itu hanyalah fiksi belaka? Tunggu, jangan keliru. Fiksi tidak pernah benar-benar imajinasi tanpa nalar dan logika. Ia juga tidak pernah benar-benar suatu khayalan tanpa berbasis pada kenyataan.
Yah, pada akhirnya, demi penghematan dalam sidang mencari keadilan, jangan sampai kita membayarnya dengan keadilan itu sendiri. Alih-alih kebenaran, yang diperoleh justru kompromi yang dilegalkan. Maka, diperlukan mekanisme yang entah bagaimana harus dapat mencegah praktik serupa terjadi. Untuk memeriksanya sendiri, saya sarankan, sih, lekas ke bioskop terdekat. Mumpung masih tayang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI