Mohon tunggu...
A. Muna Zaeda S
A. Muna Zaeda S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remaja

Halo, semua! Sehat-sehat ya!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Prasangka Buruk Bonbon

12 Oktober 2021   19:59 Diperbarui: 12 Oktober 2021   20:10 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah hutan dengan pepohonan lebat dan sinar matahari sangat terik menyinari bumi, ada seekor beruang cokelat bernama Bonbon tengah berjalan dengan lesu, sesekali menghirup napas berat. Nampaknya dia kelaparan karena belum makan apapun sedari pagi. Bonbon terduduk lemas bersandar di pohon mangga yang terlihat kekeringan.

Bonbon menatap sekelilingnya, siang ini hutan terasa sangat sepi. Tidak ada hewan lain yang berlalu lalang untuk mencari makan atau sekedar jalan-jalan. Bonbon memegang perutnya yang berbunyi cukup keras, cacing-cacing di dalam perutnya demo agar diberi makanan. Tapi, nasib baik sedang tidak berpihak pada beruang cokelat itu. Air di sungai dan danau hari ini cukup surut, matahari siang ini sangat terik membuat para ikan alias lauk favorit Bonbon yang biasanya asyik berenang di pinggir danau telah bersembunyi.

Saat Bonbon hampir tertidur di bawah pohon mangga, tak lama kemudian seekor rusa berjalan di depan Bonbon. Beruang cokelat itu pun menyapa rusa. "Hai, siapa namamu? Apakah kamu pendatang baru di hutan ini?" tanya Bonbon. Namun, rusa itu terus berjalan seolah tak peduli. "Halo! Apakah kamu tak mendengar pertanyaanku?!" seru Bonbon sekali lagi sembari berjalan mengikuti rusa itu dari belakang.

Rusa itu hanya menoleh sekilas ke belakang karena merasa ada hewan lain mengikutinya. Tapi setelah menoleh ia kembali berjalan ke depan seolah tak melihat Bonbon yang besar di belakangnya.

"Hei! Dasar rusa sombong! Apa kamu buta dan tuli? Hei!!!" teriak Bonbon marah. Dia sangat kesal ada yang berani masa bodoh terhadap dirinya, padahal hewan lain selalu menghormati dirinya.

Lagi-lagi rusa itu seolah tak mendengar teriakan Bonbon. Dengan amarah yang sudah memuncak, Bonbon pun berlari menghampiri rusa itu lantas mencekik lehernya. Bahkan saat rusa itu diujung mautnya, ia tak bergeming sedikitpun.

"Hei, Bonbon! Jangan membunuh rusa malang itu!" pekik gajah bernama Som. Ia pun melerai kedua hewan itu. Terlihat rusa itu jatuh tergeletak lemas kehabisan napas.

"Kenapa tidak boleh? Dia terlalu sombong, saat aku panggil ia hanya diam tidak menjawab sedikitpun!" Teriak Bonbon masih dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Asal kamu tahu, telinga rusa itu sudah tidak berfungsi dengan baik," jelas Som dengan tatapan khawatir melihat rusa itu berusaha berdiri dengan sisa tenaganya.

"Apa?! Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?" Bonbon memelototkan matanya terkejut mendengar perkataan Som. "Beberapa minggu lalu ada pemburu jahat berniat menembaknya, tetapi meleset dan mengenai telinganya. Dan membuat telinga rusa itu tuli."

Rasa bersalah menjalar di dalam hati Bonbon, ia merasa sangat bersalah karena telah membuat rusa itu kembali berada di ujung mautnya. "Rusa, maafkan aku. Tadi aku sedang kelaparan hingga membuatku hilang kendali. Maaf karena tidak tahu kisah pedihmu dan membuatmu hampir celaka lagi," ucap Bonbon dengan air mata menetes di pipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun