Mohon tunggu...
Alex Pandang
Alex Pandang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sepenggal Pagi

6 Oktober 2017   07:37 Diperbarui: 6 Oktober 2017   09:08 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Ilustrasi: Perjalanan Anak-anak penjual barang bekas di Kabupaten Kupang-NTT)

~Sepenggal Pagi~

Fajar masih perawan saat ia sumringah menyinggahi bumi dengan sekantung doa yang pecah diatas ranting ranting kering yang bertelanjang tanpa dedaunan

Jalan demi jalan juga masih berkelok kelok dan menyimpan begitu banyak debu pada setiap tikungan yang belum terlihat oleh mata bahkan oleh musim yang kehilangan warna

Namun dalam tidur lelapnya dua bocah itu sedang meramu mimpi demi mimpi tentang masa depan tanpa keluh hanya peluh yang tersembunyi dalam tumpukan tumpukan kertas

Di bawah langit, setiap pagi hanyalah pintu tua yang kembali menganga menganyam jengkal demi jengkal langkah yang berharap menyentuh senja bukan dengan perut kosong

Oh, semesta aku tak berani menduga kemanakah engkau mengutus angin berkunjung, namun jika berkenan, sentuhlah bunga bunga tidur mereka yang meyakiniMu dengan alurMu sendiri..

Sillu, 5/10/17

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun