“Bagaimana perilaku siswa SD terutama kelas rendah ketika proses belajar sedang berlangsung di dalam kelas dengan pendekatan yang konvensional? Tenangkah? Ramaikah?”. Kemungkinan besar, mayoritas guru SD akan menjawab pertanyaan tersebut secara spontan dengan pernyataan siswa SD selalu ramai, nakal ketika belajar di kelas. Benarkah perilaku siswa yang ramai, bermain sendiri ketika belajar adalah wujud kenakalan siswa?. Nampaknya kita sebagai guru perlu memahami lebih dalam bagaimana karakteristik anak usia SD yang sebenarnya?. Mengapa demikian? Sebelum kita membelajarkan siswa, kita pahami dahulu bagaimana karakteristik anak didik kita, sebab pemeran utama dalam proses pembelajaran adalah anak?
Proses pembelajaran hendaknya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, tingkat perkembangan dan keterampilan siswa secara menyeluruh serta melibatkan siswa secara aktif di dalamnya sehingga pembelajaran akan menyenangkan, lebih bermaknadan informasi yang diterimanya akan bertahan lama. Sebagai contoh kecilnya, kalau anak kita senang menyanyi, kenapa tidak? Anak usia SD kurang senang belajar dengan duduk manis di dalam kelas sambil mendengarkan ceramah dari guru, kenapa kita tidak mengajaknya keluar?
Proses pembelajaran yang dimaksud dapat diimplementasikan dengan Pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
Pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa. Uraian tersebut merupakan bagian jawaban dari pertanyaan, "Mengapa Menerapkan Pembelajaran Terpadu?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H