Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... irero

Sustainable lifestyle learner | Book sniffer | another me : irerosana.com | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Niat Berdonasi Plastik Malah Ketemu Sampah Kontestasi Politik

29 September 2025   16:39 Diperbarui: 30 September 2025   12:11 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Workshop Stuffo Labs (dokpri/irerosana)

Dino, salah satu penggagas berdirinya tempat itu meluangkan waktu untuk menjawab rasa penasaran saya. Kami berbincang cukup lama, sekitar 30 menitan. Dari obrolan kami, saya jadi tahu banyak hal.

Rupanya bangku yang saya duduki terbuat dari tutup botol yang dioven dan diolah lebih lanjut, sementara tumpukan banner yang berada di sebelah kanan tempat saya duduk adalah sampah APK dari kontestasi politik alias pemilu lalu. Menurut pengakuan Dino jumlahnya mencapai 600 ton. Itupun belum keseluruhan, hanya sebagian dari area Jakarta, Bogor dan Depok saja.

Bangku yang terbuat dari tutup botol plastik dan banner (dokpri/irerosana)
Bangku yang terbuat dari tutup botol plastik dan banner (dokpri/irerosana)

Banner-banner itu akan di upcycling menjadi produk seperti kursi -yang sedang saya duduki, lantai, meja, hingga tas. Hm, pemilu sudah berlalu cukup lama tapi banner masih menumpuk dan mengantri untuk diolah. Padahal mungkin juga para caleg sudah tak lagi mengingat pernah menghasilkan sampah-sampah tadi.

Rupanya politik tak hanya meninggalkan drama di tengah masyarakat tapi juga PR khususnya untuk kawan-kawan GudRnD. Ini pun masih hitungan beberapa daerah saja, belum se Jabodetabek apalagi se Indonesia.

Salah satu penggerak GudRnD lain bernama MG Prianggotono dalam sebuah wawancara dengan media lain pernah berkata bahwa sampah spanduk pemilu paling sulit diolah. "Sampah spanduk ini paling susah diolah, karena ada pvc, fiber, dan tinta yang bahaya buat lingkungan." (dw.com)

Itulah alasan mereka melakukan riset bagaimana mengolah sampah banner pemilu (APK) agar menjadi suatu produk yang berguna dan bisa dipakai kembali. Mereka juga menerapkan prinsip material circular di mana dari barang yang diolah, limbahnya akan diolah lagi agar tidak menyisakan sampah baru.

"Kemarin lantai kan dari banner, itu yang kita cacah, sama mereka dibikin cover parcel. Jadi kita bikin parcel kotak, basic-nya dari triplek. Mereka juga produksi booth-nya ada triplek juga, kita potong-potong lalu kita tempelin yang lantai itu." ucap Dino menceritakan praktik pengelolaan material circular dari hasil kerjasama pembuatan booth dengan pihak luar.

Nantinya instalasi yang ada di Synchronize fest juga akan dilakukan hal serupa. Selepas acara usai, hasil limbahnya akan diolah kembali agar tidak menyisakan sampah. 

Program donasi sampah plastik hingga workshop pembuatannya ini bertujuan agar masyarakat aware dengan sampah plastik yang mereka hasilkan sendiri. Ini sekaligus bentuk kampanye sustainable dari program Operasi Plastik yang mereka galakkan.

Sebetulnya tak hanya dari festival musik, Dino dan kawan-kawan sudah bergerak untuk mengkampanyekan Operasi Plastik dengan menggunakan alat sederhana yang ada di rumah yaitu setrika. Beberapa workshop juga sudah mereka gelar. Contohnya workshop dengan karyawan kopi Tuku dan workshop bersama CNN yang pesertanya adalah anak-anak SMA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun