Mumpung THR belum cair, urungkan dulu niat untuk beli baju lebaran. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah menuju ke lemari baju dan membukanya? Lihat berapa banyak isinya dan kalau perlu cek dengan detail satu per satu.
Saya yakin ada banyak tumpukan baju di sana. Apalagi kaum perempuan, mustahil kalau cuma punya baju segelintir saja.
Saya sendiri dari 2 lemari baju, satu setengahnya sendiri berisi baju-baju saya sementara suami hanya kebagian seperempat sisanya.
Setelah saya tata ulang ternyata ada banyak baju yang bahkan saya sendiri lupa pernah punya atau baju-baju yang jarang dipakai (dipakai sekali dua kali) karena terselip di tumpukan paling bawah.
Baju-baju ini saya beli mungkin karena lucu atau bisa juga karena diskon yang lumayan besar. Tapi setelah saya pinang ternyata baju-baju itu tak cukup kuat untuk dipilih atau dipakai dibanding baju lama yang "itu-itu saja".
Baju baru tak seperti istri baru yang akan lebih diprioritaskan dan diperhatikan karena masih fresh. Ia harus bertarung melawan baju lama yang secara usia lebih lama tapi selalu nyaman dipakai.
Dari sekian banyak baju, yang paling parah adalah ada baju-baju yang bahkan name tag-nya masih utuh, alias benar-benar baru dan belum dipakai.
Setelah saya ingat-ingat rupanya saya membeli baju itu karena diskon yang cukup besar. Urusan dipakai dipikir nanti, yang penting punya dulu, pikir saya kala itu. Jadilah beberapa tumpukan baju baru nan murah tapi belum juga menemukan momen yang tepat untuk memakainya.
Dalam kondisi seperti itu sepertinya saya harus lebih tahu diri. Terlebih saat ini saya mulai belajar menerapkan gaya hidup berkelanjutan.
Mulai naik transportasi umum, membiasakan membawa botol dan kotak makan dari rumah dan sepertinya juga mulai mengurangi membeli produk-produk yang hanya sekadar memuaskan nafsu sesaat.