Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Target Puasa Saya Sebenarnya Sederhana

16 Mei 2018   18:14 Diperbarui: 16 Mei 2018   18:36 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Setiap ramadan tentu membaca Qur'an, namun untuk tetap konsisten membaca setiap hari sampai khatam tidaklah mudah. Semangat ramadan masih 100% di satu minggu pertama, tapi bagaimana dengan minggu ke-3 dan ke-4 di mana godaan shopping lebaran semakin gencar mengincar perhatian dan waktu kita?

Karenanya, untuk mencapai target khatam Qur'an dan membaca penuh Qur'an kita bisa membuat catatan yang dipasang di tembok untuk mengingatkan. Kita juga bisa melibatkan keluarga seperti orang tua, suami/istri dan orang terdekat untuk membantu mengingatkan dengan caraa bertanya, 'apakah kita sudah membaca Al-Qur'an hari ini?'

Salat Subuh Berjamaah di Masjid selama satu ramadan penuh.

Datanglah ke masjid untuk salat subuh ketika awal ramadan, pastinya penuh hingga sering kita tak kebagian tempat. Berbeda halnya dengan minggu berikutnya, di mana jama'ah semakin menipis, makin mendekati lebaran makin lebih terkikis. Begitulah fakta. Untuk berniat itu memang mudah, tapi fokus dan konsisten itu susah. Saya pun demikian, makin ke sana rasa malas makin menjadi-jadi. Semoga tahun ini saya bisa konsisten sampai akhir.

Tidak menggunjing / membicarakan tetangga.

Semua umat islam tahu bahwa menggunjing atau membicarakan orang akan mengurangi pahala puasa. Sebenarnya ini buka sekadar kalimat, tapi peringatan terutama kaum hawa yang dikatakan bermulut ganda. Saat berkumpul dengan sesamanya, kaum hawa sulit menahan diri untuk tidak membicarakan orang lain.

Membicarakan orang lain ada yang disengaja tapi ada juga yang tidak disadari, seolah mengalir begitu saja. Untuk meminimalisir hal tersebut, kita bisa mengurangi intesitas berkumpul yang dianggap kurang penting. Bukan berarti kita tidak bersosialisasi, namun lebih memilih ke hal-hal urgen dan penting lebih dahulu.

Tidak terpancing emosi saat membaca status-status di media sosial.

Tidak dipungkiri media sosial menjadi tempat berkumpulnya keragaman, baik ragam agama, jenis pertemanan, pandangan politik pun pendapat terhadap suatu hal. Jangankan dengan orang banyak, dalam satu anggota keluarga sendiri saja kita sering berselisih paham.

Kita mungkin bisa berupaya menahan diri untuk tidak memposting status mau pun berkomentar, tapi kita tetap membaca status orang lain yang memungkinkan menimbulkan perbedaan paham sehingga memancing kekesalan.

Untuk jenis ini, kita memang harus tegas terhadap diri sendiri. Memangkas jumlah waktu untuk medsos dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Tentu godaan untuk tetap bermain medsos besar, namun dengan niat yang kuat inshaallah bisa mengurangi keinginan membukanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun