Mohon tunggu...
Mutiara  Fithri Wigati
Mutiara Fithri Wigati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengontrol Emosi dengan Meningkatkan Emotional Quotient (EQ)

15 Juni 2021   14:53 Diperbarui: 23 Juni 2021   19:09 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Emosi memiliki kaitan dengan suasana hati seseorang yang sedang berlangsung. Menurut Prez (dalam Ina), ia mengartikan emosi sebagai suatu reaksi tubuh dalam menghadapi sesuatu. Sifat dan intensitas emosi berkaitan erat dengan aktivitas kognitif sebagai hasil dari persepsi terhadap situasi. Emosi juga dapat diartikan sebagai impuls yang timbul akibat dari suatu rangsangan dari dalam ataupun dari luar. Setiap orang tentu memiliki perasaan emosi dan di kehidupan sehari hari, kita sering melibatkan emosi, entah itu dalam menyelesaikan masalah saat berbicara, atau saat kita mengambil keputusan.

Umumnya orang-orang mengartikan emosi sebagai bentuk kemarahan seseorang, padahal emosi itu mewakili berbagai macam perasaan, contohnya seperti emosi bahagia, emosi sedih, emosi marah, dan emosi-emosi lainnya. Walaupun emosi memegang peran yang penting di kehidupan, akan tetapi jika berlebihan dan tidak dapat dikontrol maka akan menyebabkan kerugian pada diri individu. Sehingga sangat diperlukan bagi seorang individu untuk dapat mengontrol emosinya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau hal-hal yang menyebabkan kerugian kedepannya.

Memiliki kemampuan dalam mengontrol atau mengendalikan emosi juga tidak kalah penting untuk dimiliki. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan dari suatu individu untuk mengontrol, mengenali, dan mengendalikan emosinya agar dapat mengontrol pikiran dan perilakunya sendiri. Seorang individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, mengatur suasana hatinya, dan memilah kepuasan.

Ciri-ciri yang dapat dilihat dari seorang individu yang memiliki kecerdasan emosional yaitu, ia dapat mengenali emosinya sendiri, ia dapat mengelola emosinya, ia mampu memotivasi dirinya sendiri, ia dapat mengenal emosi orang lain, dan ia mampu membina hubungan dan menangani emosi orang lain. Dalam meningkatkan kecerdasan emosional, kita perlu sebuah proses yang berlangsung secara bertahap.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan emotional quotient (EQ) adalah dengan mencoba mengenali emosi yang kita rasakan, dengan mencoba mengenali emosi yang kita rasakan kita dapat mengenali karakter diri sendiri dan dapat mengidentifikasi apa yang sesungguhnya kita rasakan.

Selanjutnya kita bisa mencoba untuk mengamati perubahan emosi. Karena emosi kita sering sekali berubah-ubah maka belajarlah untuk mengamati diri sendiri sehingga ketika terjadi perubahan emosi, kita dapat mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul. Setelah itu, cobalah untuk mengelola emosi diri sendiri. Ketika seseorang dapat mengelola emosinya dengan baik maka ia juga memiliki pengendalian diri yang baik sehingga ia dapat mengendalikan situasi yang terjadi di sekitarnya. Lalu, kita dapat mengekspresikan emosi. Seseorang yang sudah mampu untuk mengendalikan emosinya maka ia akan mudah dalam menontrol ekspresi diri sendiri.

Cara-cara lain yang dapat kita lakukan adalah dengan memotivasi diri sendiri, memahami atau mengenali emosi orang lain, mengelola emosi orang lain, berpikiran terbuka terhadap kritik dan saran dari orang lain, melakukan introspeksi pada diri sendiri, menulis jurnal, mencoba untuk mengasah empati, belajar memahami tubuh diri sendiri, belajar berhubungan dengan orang lain, belajar untuk membuat keputusan, memberikan motivasi kepada orang lain, dan terus berlatih.

Selain itu, jika dilihat dari perspektif islam, ada beberapa cara untuk mengendalikan emosi yang diajarkan oleh Al-Qur'an, salah satunya dengan memohon perlindungan Allah dari godaan setan dengan membaca ta'awudz, karena sumber dari kemarahan datangnya dari godaan setan maka dapat diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah.

Ketika emosi seseorang berada di kondisi yang tidak stabil, ia cenderung berbicara tanpa aturan sehingga ada kemungkinan ia berbicara sesuatu yang mengundang murka Allah, maka dari itu ketika kita berada di kondisi emosi yang tidak stabil sebaiknya kita diam dan menjaga lisan baik-baik. Selain itu, cara lain yang dapat kita lakukan adalah dengan segera berwudhu, karena kemarahan bersumber dari setan yang terbuat dari api maka dengan berwudhu seolah-olah kita sedang memadamkan api dengan air wudhu. Dalam segi medis, membasuh menggunakan air dingin dapat menurunkan tekanan darah yang bergejolak ketika seseorang sedang emosi. Lalu, cara terakhir ada dengan berdo'a, berdo'a adalah salah satu cara terbaik untuk meminta perlindungan dari godaan serta pengaruh setan yang menyebarkan amarah dan memohon ampun kepada Allah.

DAFTAR PUSTAKA

DosenPsikologi. Emosi dalam psikologi-Pengertian-Bentuk. Diperoleh 12 Juni 2021, dari                                                          https://dosenpsikologi.com/emosi-dalam-psikologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun