Mohon tunggu...
TRIAN LESMANA
TRIAN LESMANA Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Suka buku. Belum suka membaca. Apalagi menulis. | Pernah belajar di LPM Kalpadruma & Sastra Indonesia FIB UNS Solo. Sekarang di Grasindo Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dulu Pahlawan Bangsa, Sekarang Pahlawan Kekinian

10 November 2015   16:45 Diperbarui: 10 November 2015   16:55 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, 10 November, sedari pagi tadi saya sudah banyak menyaksikan atau membaca ucapan selamat hari pahlawan. Dalam jejaring BBM banyak teman mengucapkan selamat hari pahlawan dan mengganti foto mereka dengan gambar-gambar yang mencerminkan hal itu. Beranda Facebook dan timeline Twitter juga sama, ucapan-ucapan muncul dari teman maupun dari akun perusahaan/instansi/lembaga. Tak kalah, televisi juga memproduksi liputan soal pahlawan. Saya sendiri mengucapkan hari pahlawan di Instagram.

Peringatan hari pahlawan—mungkin juga peringatan hari-hari lain—tampaknya membosankan. Paling ya gitu-gitu saja. Namun demikian, peringatan ini harus tetap ada. Setidaknya itulah harapan para veteran. Pahlawan veteran laris muncul dalam berita saat-saat seperti ini. Media paling suka memilih para veteran yang hidupnya serba kekurangan. Kemudian menulis kisah mereka begitu menyayat hati kita.

Generasi saya adalah generasi yang tidak menyaksikan langsung bagaimana pahlawan bangsa berperang dan berkorban untuk bangsa. Pengetahuan soal pahlawan kami dapat dari buku-buku sejarah, film, berita, dan cerita-cerita dari para pendahulu.

Pahlawan dulunya erat dengan peperangan fisik. Berjuang dalam jalur peperangan bersenjata. Sekarang ini bangsa kita sedang tidak dalam masa peperangan—semoga tidak akan pernah berperang. Lalu yang ada dalam benak kami, sebagai generasi yang tidak pernah merasakan peperangan, pahlawan bangsa adalah orang-orang yang berjuang untuk kemaslahatan bangsa dan masyarakat. Karena tugas pahlawan tidak lagi mengusir penjajah, tetapi bertugas untuk kesejahteraan masyarakat.

Pahlawan juga kekinian. Semakin ke sini, pahlawan juga semakin berubah peran. Masing-masing orang punya pahlawannya sendiri. Biasanya orang tua atau suami/istri dijadikan sebagai pahlawan. Ada pula yang terlalu dini menjadikan pacar sebagai pahlawan. Mungkin ketika itu hidupnya hampir punah dan hadirlah sang pacar sebagai pahlawan.

Tiap tanggal 10 November diperingati hari pahlawan. Peristiwa ini didasari oleh peristiwa sejarah di Surabaya ketika para pejuang berperang mengusir penjajah. Oleh sebab itu, peringatan ini diharapkan membuat kita ingat akan jasa-jasa pahlawan. Meneladani dan meneruskan perjuangan pahlawan bangsa.

Tidak salah menjadikan orang penting dalam hidup kita sebagai pahlawan, misalnya orang tua. Orang tua adalah pahlawan yang paling berjasa pada kita. Namun tak perlu menunggu tanggal 10 November untuk bilang beliau adalah pahlawan kita, bukan? Orang tua kita adalah pahlawan kita sepanjang hayat. Tetapi bukankah tidak salah tempat bila memamerkan orang tua kita sebagai pahlawan pas tanggal 10 November—yang notabene diperingati untuk pahlawan bangsa?

Tujuan peringatan hari pahlawan adalah untuk mengapresiasi perjuangan para pahlawan bangsa, bukan yang lain. Maka baiknya, mari kita sisihkan sedikit waktu untuk mengingat mereka. Khusus untuk mereka yang telah berperangan dan berkorban untuk kesejahteraan kita sekarang. Hanya satu tahun sekali. Marilah sisipkan sedikit doa kita untuk mereka, pahlawan bangsa.

*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun