Mohon tunggu...
Madin
Madin Mohon Tunggu... Guru

Penyuka bubur kacang hijau, wartawan, penulis, fotografer, peminat travelling dalam rangka menyaksikan kebesaran Allah SWT, Motto : Menulis untuk berbagi. Berucap, bertindak dan berbuat sesuatu yang bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sisi Menarik yang Perlu Anda Ketahui dari Kawasan Wisata Malino

5 Oktober 2013   07:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:58 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi anda yang sedang ada bisnis di Makassar maka tak ada salahnya untuk mengunjungi Malino.

Malino adalah daerah wisata yang berhawa sejuk yang terletak 80 km dari Kota Makassar. Kawasan yang cocok untuk hiking, cycling, dan travelling ini memiliki ketinggian 1050 meter dari permukaan laut.

Sejak Kamis sore (03/10/2013) penulis tiba di Malino. Sesaat setelah tiba penulis mengabadikan suasana Malino menjelang matahari terbenam. Masya Allah. Luar biasa. Allohu Akbar.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Sunset bila dilihat dari Malino (dok. pribadi)"][/caption]

Lalu, menginap di rumah rumah milik Bapak Daeng Lewa. Rumah Bapak Daeng Lewa terletak di belakang Pasar Malino. Daeng Lewa ialah seorang sepuh yang lahir sebelum proklamasi kemerdekaan RI. Beliau bercerita bahwa tempo doeloe pernah melihat pesawat milik Belanda yang terbang di langit Malino. Beliau juga adalah warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Dibawah ini adalah Dg. Lewa dan cucu beliau, Bapak Bahar.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Bapak Daeng Lewa, seorang saksi sejarah bersama Bapak Bahar (dok. pribadi)"][/caption]

Penulis akan menceritakan pengalaman selama berada di Malino. Usai sholat jumat (04/10/2013) penulis berkeliling Kota Malino. Penulis ingin menikmati kesejukan dan alam Malino dari dekat. Penulis menyusuri Malino by foot. Selain lebih sehat, hemat biaya juga penulis ingin menemukan suatu yang luput dari pandangan. Lagipula luas Malino tak seberapa.

Aku berjalan dari Pasar Malino lalu ke arah barat menuju Polsek Malino. Aku menyusuri Jalan Endang. Disebelah kanan Jalan Endang tampak banyak kembang yang disusun rapi di rumah bunga.

Bebungaan tampat dipajang rapi disebuah rumah. Bunga-bunga tersebut on sale. Berbagai jenis bunga yang ditawarkan disini. Aku sempat mengabadikan gambar dan menanyakan harga bunga yang dijual.

Penulis mendantangi Rumah Bunga Sepatu Pilium milik Ibu Daeng Eba. Beberapa nama bunga yang dijual ialah : Suplir, Mawar, Palem Pisang, Kembang Doa, Bunga Rezeki, Bihunia Hijau, Merah Bibir, Kembang Batik, Siri Merah, Kaktus, Sanseviera, Salju, Kembang Batik, Bunga Kertas, Anggrek, Terompet dll. Harta yang ditawarkan tergolong murah. Mulai dari Rp.15.000 sd Rp.75.000.

[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Ibu Daeng Eba dan bunga yang dijualnya (dok. pribadi)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Kaktus Padi yang dijual Ibu Daeng Eba (dok. pribadi)"][/caption]

Setelah melihat bebungaan aku lalu melanjutkan perjalanan.Aku menyusuri Jalan Endang. Di kanan kiri jalan tampat villa berjejer rapi. Villa tersebut disewakan.

[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Salah satu villa di Jalan Endang, Malino (dok. pribadi)"][/caption] Rasanya aku ingin melihat tempat bersejarah yang ada di Malino. Semasa duduk dibangku SMP dulu penulis pernah membaca tulisan yang berhubungan dengan Kota Malino. Disini pernah berlangsung peristiwa bersejarah yang disebut Konferensi Malino.

Konferensi Malino berlangsung pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946 di kota bunga ini. Tujuan konferensi ini adalah untuk membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur. Konferensi Malino dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).

Saat ini, tempat yang dulu pernah dijadikan sebagai lokasi konferensi Malino masih eksis. Tempat tersebut bernama Panti Samadi Ratna Miriam.

[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Inilah tempat bersejarah, tempat dimana Konferensi Malino pernah berlangsung"][/caption]

Diakhir perjalananku aku mengunjungi Pusat Penjualan Bunga Anggrek. Lokasinya di Jalan Mawar. Pusat penjualan Anggrek itu bernama Taman Bunga Rania. Kebun ini milik Ibu Mufida Kalla. Beliau adalah isteri mantan Wapres RI, Bapak Jusuf Kalla.

[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Kebun Bunga Anggrek Rania (dok. pribadi)"][/caption]

Ada beberapa Anggrek yang ditawarkan disini. Mulai dari Anggrek Bulan, Anggrek Cimbidium, Anggrek Oncidium, Anggrek Denrobium dan Anggrek Panda.

[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Anggrek Bulan yang dijual di Taman Bunga Rania, menggoda bukan? (dok. pribadi)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu koleksi taman bunga, Anggrek Bulan berdaun putih (dok.pribadi)"][/caption]

Bibit anggrek didatangkan langsung dari Bogor, Jawa Barat. Harga yang ditawarkan beragam. Mulai dari Rp.150.000 hingga Rp.450.000.

Sore hari pukul 16.38 aku kembali ke Makassar. Baru saja hujan berhenti.

Malino, Sul-Sel

Kamis, 4/10/2013

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun