Oleh : Syamsul Yakin dan Anies Fitriana
[Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]
Akhlak adalah respons spontan. Akhlak seorang dai adalah respons spontan seorang dai terhadap mad'u. Mad'u tentu beragam rupa perilakunya, ada yang menyenangkan, ada yang asyik dengan dirinya, ada juga yang menguji batin seorang dai. Sebagai seorang dai, Nabi merespons kondisi seperti dengan akhlak mulia. Allah berpesan, "Dan sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).
 Akhlak yang baik menjadi kunci utama keberhasilan dakwah. Seorang dai harus memiliki sifat jujur, karena kejujuran mencerminkan ketulusan dalam menyampaikan kebenaran. Ia juga harus sabar dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk penolakan atau cemoohan dari orang yang belum memahami ajaran Islam. Selain itu, kerendahan hati juga penting agar dai tidak merasa paling benar, melainkan mampu bersikap ramah dan terbuka dalam berdialog. Akhlak bijaksana dan adil membuat dakwah terasa menenangkan dan tidak memaksa. Yang paling utama, seorang dai harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, karena dakwah melalui perbuatan sering lebih mengena daripada sekadar kata-kata. Dengan akhlak yang mulia, seorang dai tidak hanya menyampaikan Islam secara lisan, tetapi juga memperlihatkan keindahan ajaran Islam dalam setiap tindakannya.Â
Selanjutnya, seorang dai perlu memiliki sikap rendah hati (tawadhu'). Ilmu yang dimiliki bukan untuk menyombongkan diri, tetapi untuk membimbing orang lain dengan kasih sayang. Dai yang rendah hati akan lebih mudah diterima karena tidak menampilkan kesan menggurui atau merasa paling benar. Ia juga harus bijaksana dalam menyampaikan dakwah, mampu memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan kondisi dan kemampuan pendengar. Dakwah yang bijak bukan hanya menyampaikan hukum, tetapi juga memperhatikan situasi emosional, sosial, dan budaya masyarakat.Â
Yang tidak kalah penting, seorang dai harus menjadi teladan dalam perbuatan. Dakwah yang paling efektif adalah dakwah melalui akhlak dan contoh nyata. Jika seorang dai mengajak orang lain untuk bersikap jujur, sabar, dan dermawan, maka ia pun harus terlebih dahulu mencontohkannya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang disebut dakwah bil hal, yaitu menyampaikan ajaran melalui tindakan nyata. Rasulullah SAW sendiri adalah contoh dai terbaik yang keberhasilannya dalam berdakwah tidak lepas dari akhlaknya yang sangat mulia, sehingga mendapat gelar Al-Amin (yang terpercaya) bahkan sebelum diangkat menjadi nabi.
Dari semua yang telah disebutkan tentang akhlak seorang dal, yang penting juga adalah tawakal. Allah berpesan, "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya" (QS. Ali Imran/3: 159).Â
Kalau dirinci berdasar surah Ali Imran ayat 159, akhlak yang harus dimiliki serang dai adalah lemah lembut, sudi memberi maaf,
memohonkan ampunan, musyawarah, dan tawakal.
Secara keseluruhan, akhlak seorang dai adalah faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan dakwah. Dengan kejujuran, kesabaran, rendah hati, kebijaksanaan, dan keteladanan, seorang dai tidak hanya menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga memperlihatkan keindahan dan kedamaian Islam dalam perilaku sehari-hari. Masyarakat akan lebih mudah menerima dakwah jika mereka melihat Islam hidup dan nyata dalam pribadi sang dai. Maka dari itu, membangun akhlak yang mulia adalah bagian yang tidak boleh terpisahkan dari peran seorang dai dalam menyebarkan kebaikan dan kebenaran Islam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI