Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang perempuan, seorang anak, seorang Ibu, seorang Istri juga seorang manusia. Bukan pecinta kopi tapi penikmat beras kencur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Menghadapi Penderitaan Ala Orang Thailand

8 November 2022   05:43 Diperbarui: 8 November 2022   05:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia adalah makhluk sosial. artinya manusia senang berinteraksi dengan sesama. Manusia tidak mampu untuk hidup sendiri. semandiri dan setangguh apa pun seorang anak manusia. Ia akan tetap membutuhkan orang lain untuk menunjang desakan kebutuhan dan kepentingannya.

 

Interaksi sesama manusia menghasilkan banyak aktifitas. Aktifitas tersebut dapat dilihat dari bidang Pendidikan, Ekonomi dan bisnis, Teknologi, Politik dan Budaya.

 Banyaknya aktifitas manusia dalam berbagai bidang menimbulkan pergesekan dan juga konflik. Adapun konflik bersifat membangun dan merusak. Bila setelah konflik terjadi, interaksi menjadi lebih dekat dan hangat maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai konflik yang membangun. Bila setelah konflik terjadi, interaksi menjadi dingin dan justru cenderung menghindari terjadinya interaksi maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai konflik yang merusak.

Sebuah Konflik dapat terjadi karena ada kedekatan. Mereka yang saling menyakiti biasanya bukanlah orang asing. Mereka yang saling menyakiti adalah mereka yang memiliki hubungan dekat. hubungan tersebut bisa Orang tua dan anak, antar sahabat, sepasang kekasih atau suami istri, atasan dan bawahan sebuah perusahaan, Guru Murid, Penjual dan pelanggan, antar tetangga. Mereka yang berkonflik memiliki kedekatan. baik kedekatan secara emosional ataupun kedekatan fisik berupa tempat tinggal.

Manusia membutuhkan kedamaian dalam hidupnya kendati sedang berkonflik. Faktanya saat berkonflik rasa damai itu menghilang. Ada yang menghilang separuh bahkan menghilang semuanya. Hilangnya kedamaian saat berkonflik tentu menggangu jiwa. Manusia yang memiliki akal dan Budi. Oleh sebab itu konflik dapat menganggu keduanya. Akal dan Budi manusia dapat berjalan sebagaimana mestinya dengan rasa aman dan damai. Tidak perlu khawatir bila kedamaian itu telah pergi, sedikit ataupun banyak. 

Selalu ada cara untuk mengembalikan rasa damai itu. Salah satu cara yang bisa dipakai yaitu cara orang Thailand saat menghadapi konflik. Cara mereka dalam menghadapi penderitaan di dalam konflik cukup istimewa dan unik. Cara yang mereka gunakan berbentuk pikiran. Bentuk pikiran ala Orang Thailand saat menghadapi penderitaan adalah dengan menganggap sakit hati seperti batu dalam genggaman. 

Semakin kuat menggenggam batu di tangan semakin sakit. Jika sebaliknya akan berbeda. Saat menggenggam batu terasa begitu menyakitkan mengapa tangan kita tidak melepaskan batu itu jauh-jauh. bebaskan perasaan sakit hati kita sebagaimana tangan melemparkan batu dalam genggaman itu kuat-kuat. Lemparkan batu itu sejauh mungkin.

Alih-alih menggunakan kekuatan sedemikian rupa untuk menggenggam sakit hati, lebih baik gunakan kekuatan itu untuk melemparkan sakit hati jauh ke tempatnya.

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun