Mohon tunggu...
nadhifah shofiyatul fairuzah
nadhifah shofiyatul fairuzah Mohon Tunggu... siswa MAN 1 Lamongan

welcomee🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pembakaran Sampah Sembarangan

2 Oktober 2025   07:58 Diperbarui: 2 Oktober 2025   07:58 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A: Awal (jelaskan situasi awal atau kondisi sebelum tindakan dilakukan, dan sampaikan tujuan yang ingin dicapai)

Jawaban A :

Kondisi awal di sekitar lingkungan masyarakat saya sering sekali terjadi pembakaran sampah sembarangan, dan menimbulkan banyak dampak negatif seperti gangguan pernapasan, iritasi mata, tenggorokan, dan kerusakan lingkungan. Masyarakat di sekitar lingkungan saya belum sepenuhnya sadar akan dampak buruk dari masalah ini. Hal ini biasanya dilakukan karena dianggap cara paling mudah dan cepat untuk menyingkirkan tumpukan sampah rumah tangga.
Namun, pembakaran sampah menghasilkan asap pekat yang mencemari udara, menimbulkan bau tidak sedap, bahkan mengganggu kesehatan pernapasan, terutama bagi anak-anak dan lansia. Jadi saya memilih masalah ini untuk bersosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang bahayanya pembakaran sampah sembarangan.

T: Tantangan (Uraikan hambatan, masalah, atau kesulitan yang dihadapi dalam mencapai tujuan tersebut)

Jawaban T :

Hambatan yang dihadapi dalam mengatasi masalah pembakaran sampah sembarangan cukup banyak. Pertama, kurangnya kesadaran masyarakat. Banyak warga masih menganggap membakar sampah sebagai cara paling cepat dan praktis, tanpa memikirkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Kedua, kebiasaan ini sudah menjadi tradisi lama, sehingga sulit mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat.

Selain itu, keterbatasan fasilitas juga menjadi kendala. Tidak semua wilayah memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai, bank sampah, atau sarana daur ulang, sehingga masyarakat memilih cara instan dengan membakar sampah. Hambatan lain adalah rendahnya pengetahuan tentang bahaya asap sampah, yang bisa merusak kualitas udara, mengganggu pernapasan, dan membahayakan anak-anak maupun lansia.

Ditambah lagi,sebagian warga yang kurang peduli meski sudah diberikan sosialisasi. Perbedaan tingkat kesadaran di masyarakat membuat upaya pencegahan sering tidak berjalan maksimal. Jadi, tantangan terbesarnya adalah mengubah pola pikir, meningkatkan kesadaran, dan menyediakan fasilitas yang memadai agar masyarakat bisa meninggalkan kebiasaan membakar sampah.

A: Aksi (deskripsikan langkah-langkah konkret atau tindakan yang Anda ambil untuk mengatasi tantangan)

Jawaban A :

Langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah pembakaran sampah sembarangan adalah menyediakan tempat sampah di lingkungan masyarakat agar warga tidak membuang dan membakar sampah sembarangan. Selain itu, dilakukan upaya mendaur ulang seperti memanfaatkan kain perca menjadi tas atau kerajinan lain agar bisa digunakan kembali.
Saya juga mengajak keluarga, tetangga, dan teman untuk memberi contoh langsung dengan tidak membakar sampah, serta mengingatkan mereka tentang dampak buruknya. Sosialisasi sederhana dilakukan dengan membuat poster atau informasi singkat yang ditempel di sekitar lingkungan agar masyarakat lebih sadar.
Selain itu, diadakan kegiatan kecil seperti kerja bakti membersihkan lingkungan bersama dan mengumpulkan sampah untuk dipilah. Dengan kegiatan ini, masyarakat tidak hanya diberi pengetahuan, tetapi juga diajak terlibat langsung sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama.

P: Perubahan/Pelajaran (Ceritakan hasil dari tindakan yang diambil, perubahan yang terjadi, serta pelajaran berharga)

Jawaban P :

Setelah adanya upaya tersebut, masyarakat mulai berkurang kebiasaannya membakar sampah dan lebih memilih membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Sebagian warga juga mulai mencoba memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik, terutama plastik, dikumpulkan untuk dijual ke bank sampah atau didaur ulang.
Perubahan kecil ini menunjukkan bahwa edukasi dan contoh nyata lebih efektif dibandingkan hanya memberi larangan. Dari sini dapat dipetik pelajaran bahwa kesadaran lingkungan harus dimulai dari diri sendiri, kemudian ditularkan ke orang sekitar agar tercipta lingkungan yang lebih sehat dan bebas polusi.
Selain itu, terbukti bahwa jika masyarakat diberi fasilitas yang memadai dan pendampingan yang konsisten, mereka lebih mudah untuk mengubah kebiasaan lama. Pelajaran penting yang bisa diambil adalah perubahan memang membutuhkan waktu, tetapi dengan kesabaran, edukasi, dan kerja sama, kebiasaan buruk bisa perlahan diganti dengan kebiasaan baik yang lebih bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun