Mohon tunggu...
Dara Raihatul Jannah
Dara Raihatul Jannah Mohon Tunggu... Human Resources - lihat lalu tulis, dengar lalu tulis, baca lalu tulis.

Book enthusiast! Senang menulis POV tentang buku-buku yang sudah dibaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Niat Mau Bahas Permasalahan Ujian sebagai Barometer Keberhasilan Pendidikan, tapi Ujungnya

15 Desember 2017   23:36 Diperbarui: 15 Desember 2017   23:43 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam kompasianers

untuk edisi tulisan kali ini kelihatannya akan lebih menarik jika kita menyinggung mengenai banyaknya tes dan ujian yang diadakan sekolah dengan tujuan untuk menilai kemampuan siswa dan alih alih menjadi barometer keberhasilan pendidikan disekolah. setujukah anda dengan hal ini? kalau saya pribadi agak kurang setuju dengan banyaknya tes dan ujian yang diujikan untuk siswa/i sekolah saat ini, apalagi ditambah dengan adanya ujian akhir yang sering disebut dnegan istilah UN di negera kita ini. 

tahu tidak, sebenarnya dinegara negara lain tidak ada yang namanya tes atau ujian seperti apa yang diadakan di negara kita ini. perhatikan saja negara finlandia yang dijuluki sebagai negara yang super the best pendidikannya, mereka tidak menguji siswanya dengan yang namanya ujian akhir, mereka juga tidak mengadakan tes dengan materi uji dariapa yang pertama kita pelajari sampai akhir sebagai bukti keberhasilan sistem pendidikan mereka. 

Buktinya, pendidikan dinegera mereka termasuk pendidikan dengan sistem yang terbaik, tanpa adanya UN. lalu bagaimana dengan indonesia? ya.. indonesia sampai sekarang pun masih mempertahankan UN sebagai barometer keberhasilan pendidikan sekaligus sebagai syarat kelulusan siswa/i dari jenjang pendidikan yang tengah ditempuhnya. menilik lebih dalam mengenai polemik pelaksanaan ujian disekolah, mulai dari latihan harian yang numpuk, belum lagi ulangan harian, UTS, Ujian semester, ditambah UN/ UNBK.

 Seharusnya ini menjadi salah satu perhatian pemerintah sekaligus tenaga pengajar bahwa hal ini tidak akan berjalan efektif. seharusnya lebih banyak diperhatikan ulang menngenai dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari adanya begitu banyak tes ini di sekolah. apakah lebih cenderung ke good impactnya atau malah ke bad impactnya. 

sebenanrnya, sadar  atau tidak ujian yang begitu banyak yang kita ikuti selama sekolah ini membawa banyak pengaruh buruk dan tekanan bagi siswa itu sendiri. alih alih ingin memperbaiki dan memnajukan pendidikan, tapi malah membuat siswa/i nya makin malas karena sudah  merasa bosan belajar dan tertekan dengan beban dan target yang harus didapat ketika ujian. 

belum lagi banyaknya pelajar yang terpengaruh dan terlalu terobsesi dan ujung ujungnya malah berlaku curang [menghalalkan segala cara]. ditambah lagi dengan kertas yang digunakan untuk mencetak ribuan bahkan jutaan soal, hal ini juga membawa pengaruh besar bagi alam. jutaan pohon tiap tahunnya ditebang untuk diolahmenjadi kertas guna keperluan ujian [kalau sekolahnya masih menggunakan paper based test], supaya bisa ujian. 

hal ini malah membuat keberadaan pohon makin gaib aja keberadaanya. belum lagi ada beberapa tenaga pengajar yang mungkin malas buat soal akhinya copy paste soal tahun lalu deh atau yang lebih sering langsung ambil dan pindahin soal yang ada dibuku tanpa adanya sedikitpun revisi. lebih anehnya lagi kalau ada guru yang suruh buat soal sama muridnya ni, jadi fungsi diadakn ujian itu dibagian mananya ya?

ujian itu juga membuat tekanan dan depresi bagi siwa/i, mereka akan merasa kelelahan dan penat karena harus kembali mengulangan seluruh materi yang pernah ia pelajari ketika dikelas awal sampai kelas akhir. belum lagi siswa/i yang rela begadang dan gak tidur, walaupun ini sebenarnya juga keselahan individual sih, karena gak pernah ngulang pelajaran. 

tapi, sebenarnya ujian yang diadakan ini juga bukan alternatif yang efektif untuk menilai hasil belajar siswa selama beberapa tahun silam. mestinya yang dilihat dan diperhatikan adalah proses belajar yang berlagsung selama ia berada dni kelas dan bagaiman cara dia berinteraksi dan memahami pelajaran serta pengimplementasian dalam kehidupannya. 

jika ujian dijadikan sebagai barometer keberhasilan sistem pendidikan hal ini bukalah hal yang tepat. akan tetapi, proses belajarlah yang membuat kita bisa menilai bagaimana keberhasilan pendidikan kita saat ini, apakah berada diatas atau dibawah. tingkat pehamanan siswa akan apa yang ia dapatkan ketika berada dikelas juga menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan. memang tidak sepenuhnya ujian menjadi hal yang patut dihakimi, tapi dengan memeprhatikan kondisi pelaksanaan ujian dan respon siswa/i sendiri membuka pikiran kita bahwa seharusnya ada cara lain yang bisa kita gunakan untuk membuat pendidikan kita lebih maju.

salah satu caranya bisa dengan membuat kelas khusus, maksudnya adalah setiap anak diberikan hak untuk memilih kelas sesuai bakat dan minatnya. dan ini dicanangkan bagi siswa smp dan sma agar mereka bisa langsung fokus dengan keahliaan dan peluang yang mereka punya. dengan begitu sudah tidak ada lagi istilah siswa/i harus ujian semua materi, semua pelajaran, semua apa yang harus ia pelajari padahal itu bukan bidanny.

 ini m alah akan membuang buang waktu dan membuat mereka kelelahan dengan diri mereka sendiri. meminimalisir pelaksanaan ujian yang begitu banyak juga bisa dilakukan dengan adanya pengasahan skill dan praktek. hal ini bisa jadi lebih efektif dibandingkan ujian yang belum tentu hasil kerjanya sendiri. akan lebih baik tanpa ujian, dibandingkan harus membuat siswa/i mereskan lelah dan letih yang berlebihan, sebaiknya tenaga dan kemampuan merekan itu bisa dioptialkan dengan lebih baik dengan adanya praktik dan implementasi langsung. 

mungkin sebagai penutupnya:

 "buatlah kelas lebih menarik dan hidup, berikan materi yang membuat kami bersemanagat untuk belajar, jika kami paham dan mengerti serta mmapu mengulangnya kembali dalam perbuatan yang nyata berarti pendidikan yang telah anda berikan dan tanamkan dalam diri kami telah berbuah dan bisa dipetik hasilnya kemudia.

tuntunlah kami, dan bimbinglah kami agar menjadi hebat dan jujur, bukan hanya menjadi oknum yang berani curang ketika seharusnya kami masih sanggup jujur, jangan berikan peluang lagi bagi kami untuk hanya terpaku dan menghafal sesuatu yang telah kau berikan hanya untuk mendapaatlan grade tinggi diselembar kertaa yang kelak hanya bisa kami pandang dan kenang sebagai sesuatu yang dulu telah kami perjuangkan mati matian rtapi kini hanya bisa menjadi sebatas pajangan.

baru pemula, berusaha untuk menyuarakan rasa namun belum pandai dalam berkata apalagi berbicara. mohon diluruskan jika ada yang kurang tepat. terimakasih karena telah membacanya.

semangat menjadi penulis dan menjadi lebih baik!!!

kami ingin menjadi tahu, bukan menjadi sibuk untuk melupakan apa yang kami tidak sanggup paksakan. tapi ini juga bukan sepenuhnya kesalah, ini juga suatu kebenaran tapi masih harus dibenarkan saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun