KESIMPULAN
Sistem pendidikan yang mengutamakan hasil akhir, seperti nilai ujian, memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap perkembangan siswa. Dengan fokus utama pada pencapaian angka dan target, siswa sering kali diperlakukan sebagai mesin yang hanya menghasilkan output berupa nilai, tanpa mempertimbangkan pentingnya proses pembelajaran yang menyeluruh. Akibatnya, siswa mengalami tekanan yang besar, kehilangan motivasi intrinsik, dan tidak dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, serta karakter yang dibutuhkan di dunia nyata.
Sebaliknya, pendekatan yang lebih mengutamakan proses pembelajaran dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih terlibat dalam proses belajar, berpikir secara kritis, serta mengembangkan kemampuan kolaborasi dan pemecahan masalah. Pendekatan berbasis proses ini telah terbukti berhasil di negara-negara seperti Finlandia dan Singapura, yang lebih menekankan pada pengembangan keterampilan abad ke-21 dan pengembangan karakter siswa.
Penerapan perubahan ini dalam sistem pendidikan Indonesia memerlukan reformasi dalam cara evaluasi dilakukan, pelatihan bagi guru, serta perubahan paradigma di kalangan orang tua dan masyarakat. Dengan fokus pada proses, bukan hanya hasil, pendidikan dapat menghasilkan individu yang lebih siap menghadapi tantangan kehidupan yang lebih kompleks dan dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Darling-Hammond, L. (2017). The Right to Learn: A Blueprint for Creating Schools that Work. Jossey-Bass.
Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. Routledge.
OECD. (2018). The Future of Education and Skills: Education 2030. OECD Publishing.
Sahlberg, P. (2011). Finnish Lessons: What Can the World Learn from Educational Change in Finland? Teachers College Press.
Smith, M. K. (2002). "Education and the Learning Society," The Encyclopedia of Informal Education. www.infed.org.
Tan, C. (2015). Global Perspectives on Teaching and Learning in the 21st Century. Springer.