Bayangin kamu lagi di kapal kecil, mengambang di perairan Raja Ampat airnya bening, terumbu karang memukau, ikan-ikan berwarna-warni berkejaran. Rasanya seperti mimpi yang nyata. Tapi di balik keindahan itu, kabar soal tambang nikel makin bikin runyam. Apalagi di awal Juni 2025, Presiden Prabowo Subianto baru saja mencabut izin empat dari lima $ perusahaan tambang nikel dalam kawasan UNESCO Global Geopark Raja Ampat . Ini bukan drama headline---ini cerita nyata soal bagaimana kita menjaga surga kecil di bumi ini.Â
1. Apa yang terjadi sih?
Pada 10 Juni 2025, Presiden mencabut izin dari:
- PT Anugrah Surya Pratama
- PT NurhanÂ
- PT Â Mulia Raymond
- Kawei sejahtera Mining
Keempatnya berbasis di dalam geopark UNESCO---semacam zona konservasi super ketat yang ditetapkan sejak 2017 (dan makin resmi sejak jadi Geopark 2023). Izin keluar sebelum status ini ada, jadi sekarang dibabat habis.Â
Satu perusahaan yang masih jalan adalah PT Gag Nikel (anak usaha Antam), karena lokasinya berada di Pulau Gag---kalau diukur secara geografis, sekitar 5--40km dari batas geopark official. Meski bukan bagian geopark, aktivitasnya tetap dipantau ketat pemerintah.Â
2. Kenapa Ramai? Apa Ngancem Ekosistem Beneran?Â
a) Data Gak Bohong
Raja Ampat itu bukan wilayah biasa. Lautnya disebut "Amazon of the Seas" karena mengandung 75% spesies karang dunia, 1.600 hingga 2.500 jenis ikan, dan berbagai jenis invertebrata langkaÂ
Ini bukan sekadar spot diving keren---tapi rumah global ekologi laut.Â
b) Bukti Kerusakan di LapanganÂ