Mohon tunggu...
Izatin Nisa
Izatin Nisa Mohon Tunggu... Sarjana Farmasi

Mahasiswi S1 farmasi yang hobby menulis, membagikan tips dan trik kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Panas Tak Lagi Wajar, Ancaman Heatstroke Mengintai

29 Juni 2025   14:36 Diperbarui: 29 Juni 2025   14:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Madu fitummy : headstroke

Indonesia belakangan ini dilanda gelombang panas yang tak biasa. Bukan hanya membuat gerah, suhu yang mencapai lebih dari 35C di beberapa wilayah telah menimbulkan efek serius pada kesehatan. Fenomena ini bukan sekadar cuaca panas biasa, melainkan bagian dari pola perubahan iklim global yang semakin nyata dampaknya di level individu.

Salah satu ancaman utama yang sering diremehkan saat cuaca ekstrem adalah heatstroke. Heatstroke bukan sekadar kelelahan akibat panas, tetapi kondisi kegawatdaruratan medis yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat. Tubuh manusia dirancang untuk menjaga suhu stabil di sekitar 36,5--37,5C. Namun, saat paparan panas terlalu ekstrem dan berkepanjangan, mekanisme pendingin tubuhseperti berkeringat bisa gagal bekerja.

Gejala awal biasanya berupa kram otot, kulit memerah, detak jantung meningkat, hingga rasa bingung. Jika suhu tubuh terus naik melebihi 40C, orang bisa kehilangan kesadaran, bahkan mengalami kerusakan otak permanen. Data dari Kementerian Kesehatan RI pada Mei 2025 menyebutkan bahwa kunjungan ke IGD terkait gejala heatstroke meningkat 23% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

Kelompok yang paling rentan terhadap heatstroke adalah anak-anak, lansia, serta penderita penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes. Pada anak-anak, sistem pengaturan suhu belum matang, sementara pada lansia, respon keringat bisa lebih lambat. Hal ini diperparah oleh urban heat island fenomena suhu tinggi di wilayah padat penduduk yang minim pepohonan dan ruang terbuka hijau.

Penelitian dari BMKG dan BRIN tahun 2024 menunjukkan bahwa suhu permukaan di kota-kota besar Indonesia naik rata-rata 1,2C dalam 20 tahun terakhir. Hal ini memperkuat temuan WHO bahwa perubahan iklim menjadi faktor risiko baru yang memicu masalah kesehatan populasi.

Apa yang bisa kita lakukan?

Langkah pertama adalah mengenali kondisi dan tahu cara pencegahannya. Hindari aktivitas luar ruangan pada pukul 10.00--16.00. Gunakan pakaian longgar, topi, dan tabir surya. Pastikan tubuh tetap terhidrasi, terutama bagi mereka yang bekerja di lapangan. Minum air putih minimal dua liter per hari menjadi keharusan, bukan pilihan.

Pemerintah daerah juga perlu sigap. Peringatan dini suhu ekstrem, penyediaan pos air minum gratis di ruang publik, hingga kampanye kesadaran tentang bahaya heatstroke harus digencarkan. Jika tidak, potensi krisis kesehatan akibat gelombang panas bisa jadi masalah baru yang belum pernah kita siap hadapi sebelumnya.

Kita sedang hidup di zaman ketika cuaca bukan sekadar pembuka obrolan, tapi penentu hidup dan mati. Jika hari ini kita menyepelekan sinyal dari tubuh saat cuaca ekstrem, bisa jadi besok kita menjadi bagian dari statistik yang terlambat mendapatkan penanganan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun