Oleh: Syamsul Yakin (Dosen UIN JAKARTA) dan Safia Salsabila Putri
Dakwah ialah sebuah usaha penyampaian pesan-pesan agama, menghadapi berbagai tantangan dan problematika, terutama di era disrupsi. Era disrupsi, yang ditandai dengan transformasi besar-besaran di bidang teknologi informasi dan digital, membawa dampak yang signifikan terhadap praktik dakwah. Dakwah di era disrupsi memiliki karakteristik yang berbeda dengan dakwah di era sebelumnya. Tantangan dakwah meliputi beragam aspek, seperti media dakwah, waktu, dan lokasi dakwah yang semakin beragam. Selain itu, hambatan dakwah, termasuk keterbatasan dana, juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, manajemen dakwah yang efektif menjadi suatu kebutuhan.
Tantangan dakwah di era disrupsi memerlukan upaya besar dari dai dan mitra dakwah. Tantangan ini dapat diatasi dengan mencari cara baru atau memperluas horison dakwah. Problematika dakwah masa kini berbarengan dengan era disrupsi yang sulit diantisipasi. Era disrupsi membawa dampak yang kompleks, seperti rusaknya akidah, diabaikannya syariah, dan dekadensi moral yang terjadi secara masif. Fenomena seperti maraknya judi online yang menembus total transaksi yang sangat besar menjadi contoh konkret tantangan dakwah di era disrupsi. Pelaku judi online seringkali tidak terlihat, transaksi dilakukan secara jarak jauh, dan bandar berada di lokasi yang sulit dilacak. Namun, dampak negatifnya, seperti korban yang putus asa hingga bunuh diri, sangat nyata.
Untuk mengatasi problematika dakwah di era disrupsi, dai dan mitra dakwah perlu memiliki literasi digital dakwah. Literasi digital dakwah adalah kemampuan untuk mengoperasikan dan memanfaatkan media digital untuk berdakwah. Contohnya, menggunakan media internet untuk berdakwah dan membuat konten dakwah di media sosial. Selain itu, kelompok-kelompok yang ada perlu dimaksimalkan untuk menyebarkan tiga pesan dakwah utama, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Dai tidak boleh berhenti berkreasi dan berkontribusi di dunia digital. Dakwah di era disrupsi tidak mengenal kata "puas", karena hambatan dan tantangan dakwah datang dengan cepat.
Hubungan baik dan perhatian penuh terhadap mad'u online perlu dijaga. Sebisa mungkin, tidak ada mad'u online yang keluar dari grup dengan alasan tertentu. Dai perlu mewaspadai potensi mad'u online terpapar konten yang kontraproduktif dengan gerakan dakwah era disrupsi. Secara personal, dai harus mampu bertahan untuk tetap berdakwah di era disrupsi. Untuk itu, dai harus kritis terhadap perkembangan isu atau trending topic di dunia digital. Alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan harus canggih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI