Mohon tunggu...
1D_092 Farikha Mahara Fatik
1D_092 Farikha Mahara Fatik Mohon Tunggu... Mahasiswa

Farikha Mahara Fatik merupakan seorang mahasiswa semester satu Program Studi Agribisnis, Jurusan Pertanian di Politeknik Negeri Banyuwangi, kelas 1D. Selain aktif dalam kegiatan akademik, beliau memiliki minat yang mendalam dalam bidang penulisan, kuliner, dan kegiatan luar ruang, khususnya di area pesisir. Pengalaman berorganisasi di bidang jurnalistik telah membekali beliau dengan keterampilan komunikasi dan penulisan yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pusing Mau Ujian, Kok Tugas Membludak?

14 Oktober 2024   11:46 Diperbarui: 14 Oktober 2024   11:51 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mendengar pengumuman akan diadakan ujian, kepala rasanya pusing dan perut terasa mual. Bagaimana tidak, kata akan diadakan ujian membuat kita harus ekstra belajar! bahkan berkali-kali lipat dari belajar kita sebelumnya agar mendapatkan hasil yang lebih hasil yang berbeda. Lantas pastinya ada tugas pekerjaan rumah dari sekolah. Ini dia masalahnya pr disaat mau ujian kenapa tiba-tiba seakan datang secara serentak. Efektifkah pr banyak sebelum ujian?, keluh dan pantang dirasakan siswa-siswi sekolah. Waktu terpotong yang seharusnya dirumah santai dan fokus membantu orang tua atau fokus melakukan hobi dan melakukan hal lainnya, justru digunakan untuk mengerjakan pr.

Ujian sekolah adalah tes siswa untuk mengukur kemampuan dalam belajarnya selama siswa tersebut diajarkan pelajaran oleh guru. Di sekolah tidak memberlakukan sistem ujian unit dan peringkat angkatan, yang dimana ujian untuk setiap unit kelas masing-masing tanpa harus serentak. Yang membuat siswa lebih bisa termotivasi untuk belajar lebih giat lagi, siswa yang kurang dalam prestasi akademik bisa menguatkan tekad dalam belajar.

Di sekolah tentu kita mendapatkan ilmu, yang membantu menunjang kehidupan kedepannya, terlepas dari itu kemampuan seorang siswa pasti di lihat dari nilai sehari-hari, ulangan harian, ulangan lisan, ujian dan lain-lain. Dengan ujian, mampu mendeskripsikan siswa tersebut bagaimana cara dia belajar, kejujurannya, dan kedisiplinannya. Sebelum dilakukannya ujian, pembelajaran di giatkan demi keberhasilan siswa dalam mengerjakan ujian atau ulangan. Pembelajaran dilakukan setiap tujuh jam di sekolah setiap hari dan ditambah tugas dari setiap mata pelajaran. Guru tentu menginginkan siswanya dapat mengerjakan soal ujian dengan baik dan benar menyesuaikan potensi yang dimiliki, dengan cara memberikan tugas untuk dikerjakan disekolah maupun dirumah. Namun siswa “menggerutu” apalagi saat mendekati ujian guru justru memperbanyak tugas seperti membuat video praktik atau film pendek, pengumpulan opini tujuh hari setelah di informasikan, dan lain-lain. Sebagian siswa menerima, bahwa banyak tugas yang harus diselesaikan dan ada juga merasa keberatan dengan tugas-tugas yang diberikan terlalu banyak, padahal –3 minggu sebelum dilaksankan ujian.

Dengan adanya tugas-tugas sebelum ujian sekolah seharusnya tidak “mepet” dengan ujian dikarenakan karakter seorang siswa berbeda-beda dalam belajar, memang benar tugas-tugas mendekati ujian itu penting mengingat agar siswa tidak lupa dengan ilmu yang diperoleh sebelumnya dan melatih kemampuan menjawab soal saat ujian nanti, jika dilihat lagi karakterlah yang menjawab pribadi siswa tersebut dalam belajar. Ada yang -30 menit sebelum ujian, -1 hari ujian, -1 minggu sebelum ujian, -2 minggu, namun ada juga yang belajar setiap-harinya di rumah dan lain-lain. Sebagai sorang siswa salah jika belajar “mepet” waktu ujian dan tidak seharusnya “menyepelekan” tugas yang diberikan. Tetapi siapa yang tidak “menggerutu” jika waktu belajarnya dibuat untuk mengerjakan tugas yang terkadang bukan latihan soal, padahal “wacana” yang dirancang adalah hanya fokus membaca dan latihan soal. Dirasa memang salah jika seorang siswa “menggerutu” ketika diberikan tugas sebelum ujian akan dimulai 3 minggu lagi, tetapi bagaimana jika waktu dan memberikan tugas dijadwalkan misalkan pada hari senin ada lima mata pelajaran berbeda, maka satu atau dua mata pelajaran saja yang diberikan tugas dengan tempo waktu satu minggu. Kembali lagi tegantung pada tugas yang diberikan tidak sulit cukup bisa selesai waktu hari berikutnya pada pelajaran tersebut, dan jika tugas sulit misalkan diperintahkan membuat artikel, maka diberikan tempo waktu lama karena potensi siswa berbeda dalam mengambil judul sebuah artikel. Cukup dengan mengembangkan cara belajar didalam kelas, diberi tugas yang diselesaikan hari itu, dan tidak memberi tugas tambahan atau pr untuk dirumah.

Selain siswa, orang tua pasti juga khawatir tentang kondisi anak nya yang “mengeluh” setiap hari karena tugas-tugas deadline yang “mepet” waktunya dengan diadakan ujian. Orang tua takut jika anaknya mengalami gangguan dalam kesehatan mental maupun kesehatan fisik karena harus “bergadang” demi menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, padahal sudah mendekati ujian. Istirahat yang kurang juga dapat menganggu kinerja otak dalam berpikir yang membuat pelajaran yang sudah didapat tersebut bias saja tiba-tiba hilang seketika atau tidak efektif waktunya jika untuk mengerjakan ujian. Selain itu orang tua juga khawatir jika prestasi anaknya menurun akibat kecapean secara fisik maupun mental dan mengkhawatirkan dari segi perilaku yang cenderung “cuek” karena terlalu fokus ke tugas-tugasnya tanpa bercerita kepada orang tua tentang bagaimana selama sehari disekolah.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem, beliau mengatakan “ jadikan PR atau tugas-tugas itu menjadi ringan, seperti meningkatkan volume dalam belajar atau membaca”. Di era yang kembali normal atau new normal guru dan siswa pasti beradaptasi kembali karena perubahan yang begitu pesat khususnya dalam pendidikan, dirumah siswa dengan mudah melihat handphone atau buku pelajaran disaat ujian berlangsung tanpa harus mengendap-endap, perbuatan tersebut sangat jelas tidak baik perihal kejujuran dan dinilai curang. Karena perbuatan tersebut terasa sangat biasa saja padahal efek samping nya akan berlangsung di kemudian hari, siswa meremehkan ketika sekolah new normal yang mengakibatkan tugas-tugas yang diberikan terasa berat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun