Oleh Syamsul Yakin (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Artika Elfarianti (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Dakwah Rasulullah SAW, perjalanan panjang penuh tantangan dan cobaan, dapat dikaji secara kronologis melalui dua periode utama: periode Mekkah (sekitar 13 tahun) dan periode Madinah (10 tahun). Â Meskipun jumlah pengikut Nabi SAW di periode Mekkah relatif kecil dibandingkan dengan jumlah umat Islam saat ini yang mencapai angka miliaran, Â periode ini justru menorehkan kisah perjuangan yang luar biasa. Â Strategi dakwah personal dan sembunyi-sembunyi diterapkan di awal periode ini, Â dengan fokus pada keluarga dan sahabat terdekat. Â Khadijah, istri Rasulullah SAW, Â Ali bin Abi Thalib, Â Abu Bakar Shiddiq, Â Zaid bin Haritsah, dan Utsman bin Affan termasuk di antara kelompok pertama yang memeluk Islam, yang kemudian dikenal sebagai al-Saabiqun al-Awwalun.
Â
Namun, Â dakwah di Mekkah dipenuhi dengan berbagai tantangan dan problematika. Â Rasulullah SAW menghadapi penolakan, ejekan, Â siksaan fisik, dan bahkan ancaman pembunuhan dari kelompok Quraisy yang mayoritas kafir. Â Secara politis, Â Beliau disingkirkan dari komunitas Quraisy dan menghadapi propaganda serta agitasi politik yang bertujuan untuk memusuhi dan menghancurkan dakwah Islam. Â Boikot ekonomi yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap Rasulullah SAW dan Khadijah, Â keduanya yang dikenal sebagai pedagang sukses, Â menambah beratnya beban perjuangan. Â Dukungan dan perlindungan dari paman Rasulullah SAW, Â Abu Thalib, Â sangat berarti dalam menghadapi tekanan tersebut, Â meskipun upaya kaum Quraisy untuk membujuk Abu Thalib agar menghentikan dakwah keponakannya tetap berlangsung. Â Bahkan tawaran harta dan wanita pun tak mampu menggoyahkan tekad Rasulullah SAW.
Puncak kesulitan di periode Mekkah terjadi pada tahun kesedihan (amul huzni), Â tahun kesepuluh kenabian, Â ketika Khadijah wafat. Â Kehilangan istri tercinta ini merupakan pukulan berat bagi Rasulullah SAW. Â Namun, Â Allah SWT menghibur beliau dengan peristiwa Isra' Mi'raj pada tahun 620 M. Â Puncak dari problematika dakwah di Mekkah ini diakhiri dengan peristiwa hijrah ke Madinah pada tahun 622 M, Â di mana sekitar 75 orang, Â terdiri dari 73 laki-laki dan 2 perempuan, Â mengikuti Rasulullah SAW dalam perjalanan besar ini, Â yang kemudian dikenal sebagai kaum Muhajirin.
Â
Periode Madinah, Â meskipun lebih singkat, Â menawarkan tantangan dakwah yang berbeda dan lebih kompleks. Â Meskipun keberhasilan dakwah meningkat pesat, Â hambatan dan tantangan tetap ada. Â Setelah membangun Masjid Quba dan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, Â dua masalah utama muncul: Â pertama, Â kebutuhan akan tempat ibadah (masjid) untuk menunaikan shalat yang telah diwajibkan setelah Isra' Mi'raj; Â dan kedua, Â kesenjangan sosial antara kaum Muhajirin dan Anshar. Â Kedua masalah ini berhasil diatasi melalui kerjasama dan kebersamaan dalam membangun pranata sosial dan ekonomi di Madinah, Â termasuk pembangunan pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi.
Â
Namun, Â Madinah juga dihuni oleh komunitas Yahudi dan Nasrani. Â Ketiga suku Yahudi di Madinah---Qunaiqah, Â Quraizhah, dan Nadhir---menunjukkan konflik internal dan mengabaikan larangan membunuh dan mengusir sesama mereka. Â Oleh karena itu, Â Perjanjian Madinah (622 M) dibuat untuk menciptakan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera, Â namun perjanjian ini kemudian dilanggar oleh sebagian komunitas Yahudi.
Problematika dakwah di Madinah dapat dikategorikan menjadi empat: Â pertama, Â persoalan internal umat Islam terkait pembinaan akidah, Â syariah, Â akhlak, dan muamalah; Â kedua, Â hubungan dengan komunitas Kristen Najran yang berakhir damai; Â ketiga, Â konflik dengan komunitas Yahudi yang berujung pada peperangan, Â seperti Perang Khaibar (629 M); Â dan keempat, Â ancaman yang berkelanjutan dari kaum kafir Mekkah, Â yang berpuncak pada Perang Khandaq (627 M) di mana Yahudi bersekutu dengan Quraisy.
Â
Untuk mengatasi problematika dakwah ini, Â Rasulullah SAW membangun sistem politik di Madinah yang membentuk Negara Madinah, Â memperkuat barisan militer, Â dan membangun tatanan sosial-ekonomi yang berdasarkan ajaran Islam. Â Perjalanan dakwah Rasulullah SAW Â merupakan pelajaran berharga tentang strategi, Â kebijaksanaan, Â dan keteguhan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam menyebarkan agama Islam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI