Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mengenal 4 Kaidah Penulisan Dialog

25 Maret 2021   06:06 Diperbarui: 27 Maret 2021   09:12 9241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Olah Pribadi

Apabila kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah itu mendapat imbuhan, gunakan tanda hubung (-). Kata yang dikursifkan hanya kata dari bahasa asing atau bahasa daerah.

  • “Pamanku ber-pariban dengan pamanmu,” kata Nayanika.
  • Rahmat berseru, “Messi di-tackle!”

Pengecualian dapat dilakukan apabila satu kata sudah kerap digunakan pada dialog sebelumnya. Hal ini berlaku hanya pada kata dari bahasa daerah. Beberapa penerbit tidak memberlakukan pengursifan untuk kata yang berasal dari bahasa daerah, asalkan sudah digunakan berkali-kali.

Kata yang termasuk ragam cakapan tetap dikursifkan.

  • “Rahmat sedang mager,” ujar Nayanika.
  • Nayanika memelotot. “Kalau mau pansos, Rahmat, jangan sememalukan itu!”

Itulah empat aturan penulisan dialog. Saya berharap, udaran ini bermanfaat bagi kalian.

Salam takzim, Khrisna Pabichara 

(Twitter/IG: @1bichara)

Artikel terkait:

  1. Jurus Meramu Data dalam Novel agar Bernyawa
  2. Jurus Moncer Menubuhkan Lokalitas dalam Cerita
  3. Tiga Jurus Tokcer Mengarang Novel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun