Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Dipolisikan, Drama Demokrat Kian Seru

14 Maret 2021   09:39 Diperbarui: 14 Maret 2021   18:16 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Harimurti Yudhoyono (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

Sepekan kemudian, 19 Agustus 2001, diskusi tentang pendirian partai kembali digelar. Kali ini berlangsung di lingkungan kantor Menkopolkam tempat SBY pernah berdinas. Diskusi dipimpin oleh Achmad Yani. Dari sanalah ide pendirian Partai Demokrat menguat.

Keesokan harinya, 20 Agustus 2001, Vence Rumangkang atas bantuan Sutan Bhatoegana mulai bergerak. Ia membentuk Tim 9, sekalipun anggotanya berjumlah 10 orang. Tim itulah yang lantas mengumpulkan 99 orang sebagai pendiri partai untuk didaftarkan di notaris.

Pada 9 September 2001, bertempat di lantai 11 Gedung Graha Pratama, di hadapan notaris Aswendi Kamuli, S.H., 99 orang menyatakan diri sebagai pendiri Partai Demokrat dan menandatangani akta pendirian. Sebanyak 53 orang tidak hadir, tetapi menguasakan kepada Vence Rumangkang.

Pada hari itu juga kepengurusan pertama disusun. Ketua Umum dijabat oleh Subur Budhisantoso, Prof. Dr. Irsan Tanjung menjabat Sekretaris Jenderal, dan Vece Rumangkang sebagai Bendahara Umum.

Berdasarkan fakta di atas, nama SBY memang tidak tercatat dalam akta notaris pendirian partai. Namun, terlihat jelas bahwa SBY merupakan inisiator atau penggagas. Apalagi sudah marak dalam ingatan khalayak, Demokrat memang didirikan untuk menjadi kendaraan politik SBY menuju kursi presiden.

Bagaimana kisah selanjutnya? Perseteruan mungkin masih memakan banyak episode. AHY pasti tidak akan tinggal diam. Kuda-kuda harus dipancang, jurus harus dipencakkan. Selaku ketum dan putra sang penggagas, AHY tidak boleh mengalah.

Alamat makin seru. Jadi, mari kita gelar tikar. Kita tonton sinetron politik ini hingga kisruh Partai Demokrat tamat. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun