Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Inilah 3 Cara Membunyikan Paragraf

18 September 2020   20:02 Diperbarui: 19 September 2020   22:21 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Cara membunyikan paragraf (Dokumen Olah Pribadi)

Dalam hal mencinta, aku merawat tradisi merindu yang merefleksikan kebersahajaan tabah dan keberterimaan setia.

Kalimat pembuka di atas sebenarnya belum dapat disebut paragraf, sebab paragraf setidaknya terdiri atas dua kalimat. Satu kalimat utama dan satu kalimat penjelas atau pengembang. Akan lebih utuh lagi jika ditambahkan kalimat pengembang taklangsung.

Oh, maaf. Saya main tembak langsung. Tanpa basa-basi langsung masuk pokok masalah. Sekali lagi, maafkanlah jika prakata saya pada artikel ini tidak seperti biasanya. 

Baiklah. Kali ini kita obrolkan cara "membunyikan" paragraf. Adapun poin pembicaraan kita mencakup komposisi paragraf. Silakah simak infografis berikut.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Mengapa saya pilih kata "membunyikan"? Sebab tulisan pada hakikatnya adalah kumpulan nada yang kita taja agar berbunyi di kepala pembaca. Semasa membaca, pembaca akan mengikuti irama dan tempo yang kita suguhkan.

Apa faedahnya? Supaya pembaca merasa bagai mendengar kidung indah. Jika perlu kita antar para pembaca ke dalam komposisi kalimat yang menenangkan dan menyenangkan. Seperti mendengar nyanyian biduan bersuara merdu. Seperti mendengar keretak ranting kering diinjak ternak. Seperti mendengar butir-butir hujan menderau di telinga.

Kita mulai tualang kita dengan memasuki rimba kalimat. Hal pertama yang akan kita sasar ialah merangkai kalimat agar menghasilkan paragraf yang utuh. Strukturnya, seperti saya ungkap di atas, terdiri atas kalimat utama, kalimat pengembang, dan kalimat pengembang tidak langsung.

Ayo, kita praktikkan mulai dari kalimat utama. Dalam hal mencinta, aku merawat tradisi merindu yang merefleksikan kebersahajaan tabah dan keberterimaan setia. Gagasan utama dalam kalimat utama itu adalah "posisi rindu dalam cinta". Hal itu tertuang dalam kalimat utama.

Selanjutnya, kita bubuhkan kalimat pengembang seperti ini. Tradisi merindu itu kukenakan ketika ritual cemburu ataupun upacara curiga tengah berlangsung. Kalimat pengembang berfungsi sebagai penjelas atau pengurai kalimat utama. Bisa dua kalimat, bisa satu kalimat.

Pada kalimat pengembang tersebut terdapat dua "roh" kalimat, yakni cemburu dan curiga. Dua roh itulah yang membidani kelahiran kalimat pengembang taklangsung. Artinya, kalimat pengembang taklangsung ibarat "anak" dari kalimat pengembang.

Kalimat pengembang taklangsung merupakan kalimat yang menguraikan kalimat utama secara tidak langsung. Sekarang tambahkan kalimat pengembang taklangsung: (1) Cemburu dapat memicu derita berkepanjangan dan nestapa tak berkesudahan; dan (2) Curiga dapat memacu prasangka yang berlebihan dan penderitaan yang berkesinambungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun