Warganet juga pasti sulit melupakan komentar Pak Menhub tentang Covid-19 tidak akan masuk ke Indonesia karena setiap hari kita makan nasi kucing jadi kita kebal. Padahal, tidak ada hubungan empiris antara kebiasaan melahap nasi kucing dengan paparan virus korona.Â
Masih banyak komentar somplak lain yang tidak perlu saya muat semua di tulisan ini. Bakal makan banyak halaman. Yang penting kita tangkap esensinya: apatisme publik, bisa juga disebut ketidakpercayaan publik, merupakan "buah dari pohon yang ditanam sendiri oleh pejabat publik".
(4)
Oleh sebab itu, apatisme publik mestinya dihadapi dengan senyum oleh para pejabat publik. Kenapa? Terkait virus korona, pejabat publik sendiri yang memilih "jalan gurau" sebagai alternatif dalam membangun komunikasi dengan publik.
Bagaimana dengan Kalung Antivirus Korona atau Kavirna? Itu urusan pemantik heboh. Semuanya terserah Pak Mentan. Saya sendiri agak ragu atas hasil akhirnya sekalipun Pak Mentan dan jajaran begitu yakin pada kemampuan Kavirn. Apalagi sewaktu bertandang ke kantor Pak Menteri "drummer", Pak Mentan dan pasukannya tetap memakai masker.
Kalau beliau dan jajarannya yakin bahwa 80% virus korona bakal modar karena Kavirna, ya, sebaiknya pakai kalung saja. Yakin tidak boleh setengah-setengah. Harus pol, harus total. Pendek kata, Pak Mentan harus mampu membuktikan bahwa Kavirna memang gagah perkasa di hadapan korona.
Apalagi saat ini rakyat Indonesia sedang membutuhkan Kalung Antimiskin. Sementara itu, barisan orang yang ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya tengah mencari Kalung Antikecewa. [kp]