Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hashim Djojohadikusumo dan Guyon ke Mahkamah Internasional

30 Juni 2019   16:55 Diperbarui: 30 Juni 2019   17:02 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Direktur Media dan Komunikasi BPN, Hashim Djojohadikusumo [Foto: CNN Indonesia/Mohammad Safir Makki]

Mengapa tidak ngotot membuktikan data kemenangan sesuai asumsi BPN Prabowo-Sandi? Mengapa tidak main buka-bukaan data saja di Mahkamah Konstitusi? Mengapa bisa data raihan suara Pak Jokowi dikurangi hingga puluhan juta?

Cukup tiga pertanyaan dulu. Sebenarnya ada pertanyaan lain. Baiklah, saya sebut satu lagi. Mengapa TKH Prabowo-Sandi menerima data perolehan suara yang diumumkan oleh KPU padahal sudah menuduh KPU berlaku curang? Itulah yang perlu dibuktikan oleh BPN. Jika tidak, teriak curang malah berlaku curang.

Kecemasan lain yang dapat membahayakan pembelajaran demokrasi di negara kita adalah kurangnya figur di tubuh BPN Prabowo-Sandi yang bisa menjadi "air pendingin" bagi "otak api para pendukung". Kata kurang sedikit lebih baik dibanding nihil atau tidak ada.

Untung sudah ada pernyataan dari Wakil Sekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade, terkait hajat ke Mahkamah Internasional. Dikutip dari Tribunnews, Andre memastikan bahwa Pak Prabowo tidak akan membawa sengketa pilpres ke Mahkamah Internasional.

Mestinya pernyataan ini gencar disebarluarkan. Dengan demikian, rakyat di akar rumput tahu dan yakin bahwa Pak Prabowo sangat nasionalis sehingga mustahil beliau membawa "urusan dalam negeri" ke Mahkamah Internasional.

Pada akhirnya, Pak Novel menyadari bahwa semua yang terkait pilpres sudah selesai. Tidak ada lagi sengkarut yang perlu dikoar-koarkan. Tunggu saja azab Allah, misalnya, tidak perlu disebar secara terstruktur, sistematis, dan masif di media sosial. [khrisna]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun