Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengoreksi Tulisan Pak Rektor

21 April 2019   13:24 Diperbarui: 21 April 2019   13:41 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika tulisan mahasiswa yang sedang bimbingan skripsi dicoret-coret oleh dosen pembimbing, itu lazim terjadi. Beda perkara kalau tulisan Pak Rektor yang dikoreksi.

Coba simak gambar berikut.

Dokpri
Dokpri

Berdasarkan gambar tersebut, tampak jelas betapa lemahnya Pak Rektor dalam urusan tulis-menulis. 

Pilihan kata asal-asalan, bahasa gado-gado, tanda baca semrawut, serta komposisi kalimat yang amburadul. Untung saya bukan mahasiswa beliau. Kalau saja saya tercatat sebagai mahasiswa Universitas Kebangsaan RI, beliau sudah pasti saya protes habis-habisan. 

Pilihan Kata yang Menggemaskan

Mari kita ulik satu demi satu pilihan diksi Pak Rektor.

Konprensi. Kata keliru ini tertera di judul. Lengkapnya: Konprensi Pers Indonesia Menang. Entah dari mana Pak Rektor memungut kata ini. Sepertinya Pak Rektor malas ke perpustakaan atau tidak punya KBBI. Kata yang tepat adalah konferensi.

Survey. Kata ini kita serap dari bahasa Inggris dengan penulisan survei. Artinya beragam, tergantung konteks situasi atau makna kalimat yang ditaja. Jika berurusan dengan tanah, survei bisa berarti melihat-lihat atau mengukur. Dalam kaitan riset, survei berarti penelitian. Jadi, penulisan yang tepat adalah survei.

Terpercaya. Dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia, konsonan /r/ pada awalan 'ter-' harus diluluhkan apabila bertemu dengan kata dasar yang suku pertama berakhiran /-er/. Contoh: tebersit (terpancar samar-samar), tepermai (paling permai), tepermanai (tiada terbilang). Mengingat kata dasar yang digunakan Pak Rektor adalah 'percaya' maka kata yang tepat adalah tepercaya.

Marjin Of Error. Istilah yang kerap dipakai di dunia statistik ini jelas dipulung oleh Pak Rektor dari bahasa Inggris. Artinya toleransi kesalahan. Penulisannya margin, bukan marjin. Jadi penulisan yang tepat adalah margin of error.

Exit Pool. Sungguh keteledoran yang hakiki tatkala seorang rektor tidak dapat membedakan antara exit pool dan exit poll. Apakah jajak pendapat dilakukan di kolam renang? Kalau di TPS, mestinya exit poll. Padanan yang pas, atas usulan Ivan Lanin, adalah japat keluar TPS.

Sampling Randon. Rasanya mustahil jika beliau tidak tahu penulisan random. Anggap saja salah tik. Akan tetapi, penulisannya gabungan kata juga keliru. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang menggunakan pola DM, bahasa Inggris memakai pola MD. Jadi, seharusnya random sampling.

Memenangkan. Pasangan Prabowo-Sandi ikut dalam Pilpres 2019. Dengan demikian, kata yang tepat adalah menang atau memenangi. Adapun memenangkan berarti "membuat jadi menang". Kata ini ditujukan kepada pihak lain yang membuat seseorang atau sesuatu menjadi menang.

Kontenstansi. Ini kata yang paling membingungkan. Beginilah akibatnya kalau Pak Rektor sok nginggris. Apa arti kata ini, Pak? Konten instansi? Kontestasi? Baiklah, barangkali kata yang ingin Pak Rektor gunakan adalah kontestasi.

Menata Rilis yang Berantakan

Selain ketakcermatan menggunakan istilah asing, Pak Rektor juga terlihat kedodoran dalam menggunakan bahasa Indonesia. Bukan hanya pilihan dan penempatan kata, struktur kalimat pun tidak tepat.

Mari kita ulik mulai dari paragraf teras atau pembuka. Dalam rilis yang dilansir oleh Pak Rektor tercantum paragraf teras sebagai berikut.

Dokpri
Dokpri
Perbaikan:

Dokpri
Dokpri
Penggunaan "dari hasil" pada awal kalimat agak rancu karena dapat memacu ketaksaan makna. Perlu disadari bahwa "dari hasil" menandakan makna "sudah ada hasil". Padahal maksud yang diinginkan oleh kalimat adalah "kajian akademis dilakukan berdasarkan standar statistika".

Dengan demikian, kalimat pembuka mestinya diawali oleh kata "berdasarkan". Perhatikan kembali hasil perbaikan. Kata "tepercaya" dibuang karena suatu lembaga, termasuk perorangan, sepatutnya tidak mendaulat diri sendiri selaku "yang dapat dipercaya".

Pada paragraf kedua dalam rilis Pak Rektor tertera:

Dokpri
Dokpri
Perbaikan:

Dokpri
Dokpri
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. 

Pertama, penulisan nama orang. Pasangan Pak Jokowi adalah Ma'ruf Amin, bukan Ma'aruf. Kesalahan penulisan nama dapat mengakibatkan kesalahan rujukan orang, sekalipun pembaca dapat memahami bahwa sebenarnya yang dimaksud oleh Pak Rektor adalah Ma'ruf Amin.

Kedua, penggunaan tanda baca. Sebaiknya Pak Rektor menggunakan tanda pisah (--) pada 2019--2024 sebagai penanda sampai atau hingga. Tanda hubung (-) justru harus digunakan pada penulisan Jokowi-Amin. Selain itu, tak perlu memakai spasi sebelum dan sesudah tanda hubung. Tanda titik dua juga tidak perlu dicantumkan setelah nama pasangan. Setelah penulisan persentase tingkat kepercayaan mestinya diakhiri dengan tanda titik (.).

Ketiga, penggunaan huruf kapital. Pak Rektor mestinya mempelajari kembali kaidah penggunaan huruf kapital. Kata Responden mestinya ditulis responden, sebab posisi kata itu bukan sebagai pembuka kalimat. Hal serupa terjadi pada penulisan Tingkat yang seharusnya ditulis tingkat. Demikian pula dengan Marjin (mestinya margin) Of Error yang sebaiknya ditulis margin of error.

Keempat, kelebihan dan kekurangan kalimat. Perhatikan penulisan Responden 10.252. Seharusnya jumlah dulu baru keterangan penyerta. Kata meliputi seyogianya diganti melibatkan.

Kelima, penggunaan istilah asing. Jika Pak Rektor cemas kalau-kalau pembaca salah tafsir, istilah asing dapat dicantumkan di dalam kurung seperti contoh perbaikan di atas. Akibatnya fatal. Sudahlah memakai istilah asing, salah tulis pula.

Pada paragraf ketiga, Pak Rektor menulis seperti ini.

Dokpri
Dokpri
Sementara itu, Pak Rektor menutup rilisnya dengan paragraf seperti ini.

Dokpri
Dokpri
Perbaikan: 

Gabungkan paragraf penutup dengan poin kedua karena masih uraian dari poin tersebut. Setelah itu, buat paragraf penutup yang baru. Hasilnya seperti contoh berikut.

Dokpri
Dokpri
Menutup Keterangan Pers

Bukan hanya judul dan isi keterangan pers yang berlepotan kesalahan, penutup surat juga keliru. Tampaknya Pak Rektor belum paham bahwa tanggal pembuatan surat tidak harus menyertakan hari pembuatannya.

Dengan demikian, kata "Rabu" mestinya tidak ada. Kemudian, perlu lebih teliti dalam mencantumkan tanggal pembuatan surat. Mestinya 17 April 2019, bukan 17 April 2018. Kolom institusi mesti diikuti oleh tanda (,). Adapun pada penulisan gelar, seharusnya ditutup dengan tanda titik (.).

Silakan tilik perbaikan berikut. 

Dokpri
Dokpri

Dengan demikian, koreksian lengkap atas tulisan Pak Rektor dapat dilihat di bawah ini.

Dokpri
Dokpri

Semoga Pak Rektor kembali ke jalan penulisan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. [khrisna]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun